Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT JM Bantah Monorel Hanya Jadi Transportasi Makan Siang

Kompas.com - 21/02/2014, 18:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Jakarta Monorail John Aryananda menolak anggapan bahwa proyek monorel tidak layak karena jalur yang digunakan sangat pendek. Menurut John, proyek ini telah dikaji oleh pakar dari Jepang dan dianggap cocok diterapkan di Jakarta.

"Kita sudah 300 konsultan dari Jepang yang sama dengan yang digunakan MRT (mass rapid transit), berarti monorel tepat digunakan sebagai transportasi di Jakarta," kata John, Jumat (21/3/2013), di Jakarta Pusat.

Berdasarkan kajian dari konsultan itu, kata John, monorel dapat mengangkut penumpang sekitar 250.000 orang per hari. Menurut dia, jalur hijau dengan rute Semanggi-Casablanca-Kuningan-Sudirman-Karet-Semanggi merupakan jalur protokol yang sering dilintasi kendaraan pribadi. Keberadaan monorel diyakini dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi itu.

John menambahkan, monorel juga akan menjangkau gedung, perkantoran, dan pusat perbelanjaan di kawasan Senayan-Kuningan. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah di kawasan itu diyakini akan semakin meningkat.

"Ya, kita percaya kajian konsultan dong, masak kita percaya sama pengamat yang belum melakukan survei lapangan dan kajian yang pasti? Para konsultan juga dipakai sama MRT, artinya dipercaya sama Pemprov DKI juga, dong," kata John.

Sebelumnya, pengamat transportasi, Darmaningtyas, menyebutkan bahwa monorel hanyalah transportasi makan siang karena hanya melayani rute dalam kota. Pada waktu Pemprov DKI menyelenggarakan public hearing terkait keberlanjutan proyek transportasi massal berbasis rel ini, Darmaningtyas menyebut monorel tak layak dibangun.

"Pertama kali waktu realisasi monorel ini pada tahun 2004, saya melihat angkutan ini sebagai angkutan wisata dan angkutan makan siang," kata Direktur Institut Studi Transportasi Indonesia (Instran) tersebut di Balaikota Jakarta, Februari 2013.

Menurut dia, selain jalur hijau, jalur biru dengan rute Kampung Melayu-Tomang pun tidak berbeda dari jalan layang non-tol (JLNT) Casablanca. Ia menilai masyarakat jauh lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan monorel.

Selain itu, Darmaningtyas mengatakan bahwa jalur yang didesain PT JM bukan merupakan jalur padat penumpang. Ia juga menyangsikan komitmen investor untuk melaksanakan proyek ini.

Selain dua jalur monorel yang dibangun PT JM, lima badan usaha milik negara berencana membangun empat jalur monorel tanpa membebani APBD DKI Jakarta. Empat jalur yang diajukan adalah Bekasi Timur-Cawang sepanjang 18,1 km, Cibubur-Cawang (13,7 km), Cawang-Kuningan (11,6 km), dan Kuningan-Palmerah (8,5 km). Adapun kelima BUMN tersebut adalah PT Adhi Karya, PT Jasa Marga, PT Industri Kereta Api, PT Telkom, dan Lembaga Elektronik Negara.

PT Adhi Karya pernah bergabung dengan PT JM untuk membangun proyek monorel. Perseroan itu memiliki 7,5 persen saham di PT JM. Namun, karena proyeknya mangkrak dan dana investor tidak cair, maka perseroan tersebut hengkang di proyek kerja sama itu. Adapun investor yang menggantikan PT Adhi Karya berasal dari Singapura, yakni Ortus Group.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang "Itu Jarinya Buntung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com