Keluhan itu disampaikan Suryati (51), penyapu jalan di depan kantor Wali Kota Jakarta Barat. Perempuan yang sudah bekerja selama tiga tahun sebagai penyapu jalan itu mengaku menerima honor Rp 2,2 juta pada 2013. Namun, belakangan ini, honor yang diterima membuatnya pusing.
"Saya capek, sudah tua juga, tapi disuruh nyapu jauh banget, ada dua kali lipat dari yang dulu. Gajinya juga, aduh enggak nutupin ongkos. Makan aja dikasih sama orang yang lewat pake mobil," ucap Suryati.
Suryati mengaku bertugas menyapu jalan sepanjang 1,5 kilometer, mulai dari perempatan depan kantor Wali Kota Jakarta Barat hingga depan Rumah Sakit Puri Indah. Tiga orang temannya, yang juga menjadi petugas kebersihan, menceritakan hal yang sama.
Selain masalah honor, kepada Kompas.com, mereka menceritakan bahwa peralatan untuk membersihkan jalan tidak disediakan oleh Dinas Kebersihan DKI sejak Maret 2014. Mereka pun mengeluarkan modal sendiri untuk membeli sapu jalan.
"Sapu sering habis sebulan dua kali, serokan udah rusak enggak dibeliin Pemda. Malah pake honor kita belinya. Lama-lama, saya sama temen-temen mau makan apa?" ungkapnya.
Suryati menyapu jalan mulai dari pukul 10.00 pagi hingga 14.00, bersama ketiga temannya. Ia berharap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memperhatikan nasib mereka dengan menaikkan honor dan waktu tugas yang manusiawi.
"Pengennya sih Pak Jokowi lihat nasib kita, naikin gaji sama jam kerja jangan enggak manusiawi begini, dapet jam sore saya pulang ampe malem banget jam 8 ke Ciledug," keluh Suryati.
Kompas.com mencoba menghubungi Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Saptastri Edyningtyas. Namun, yang bersangkutan tidak merespons.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.