Hal tersebut, kata Dewi, sudah tim dokter konsultasikan kepada Komnas PA ataupun KPAI mengenai siapa nantinya yang akan mengurus Iqbal.
"Kita tidak akan melepas Iqbal," ujar Dewi kepada Kompas.com, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, Iqbal harus diurus negara ataupun orangtua asuh, yang bisa, meskipun peran orangtua dan keluarga sangat penting dalam mengasuh dan mendampingi Iqbal. Dewi juga mengatakan, ibu kandung Iqbal, Iis Novianti (30), sedikit mengalami keterlambatan dalam berpikir.
"Hal tersebut bisa kita lihat, kenapa selama ini dia membiarkan anaknya seperti itu. Takutnya nanti setelah dikembalikan lagi ke ibunya hal yang sama terjadi lagi," ucap Dewi.
Bila Iqbal diserahkan kepada keluarga, menurut Dewi, hal itu kurang efektif. Sebab, saat ini, paman atau bibi Iqbal juga memiliki keluarga masing-masing. Dipastikan, mereka akan kesulitan melakukan pendampingan intensif mengingat kondisi psikis Iqbal yang sangat terganggu dan sangat butuh pendampingan ekstra.
"Meskipun dari pihak keluarga mengatakan sanggup untuk merawat Iqbal, pasti akan ada kasih sayang yang berbeda nantinya. Ketika Iqbal kembali merasakan adanya perbedaan tersebut, psikisnya akan sulit untuk disembuhkan," ujarnya.
"Ya, bisa dengan orangtua asuh, yang memang tidak punya anak, atau orangtua yang memiliki anak sudah besar semua, kalau diasuh di panti asuhan juga pengawasan dan pendampingan masih kurang," ujar Dewi.
Hal tersebut juga diamini oleh pemerhati anak dan psikolog anak, Seto Mulyadi. Menurutnya, setelah keluar dari perawatan di rumah sakit, Iqbal memang membutuhkan pendamping yang mencurahkan kasih sayang kepada Iqbal.
"Selama ini dia belum bisa merasakan bagaimana itu kasih sayang," ujar Kak Seto, sapaan akrab Seto Mulyadi.
Seto menuturkan, sejumlah pihak seperti Komnas PA ataupun KPAI akan terus melakukan pendampingan terhadap Iqbal. Menurutnya, Iqbal harus tetap selalu dalam pengawasan dan pendampingan yang mencurahkan kasih sayang untuknya.
Seto juga mengingatkan, sebenarnya masih banyak ribuan Iqbal lainnya di luar sana. Kejadian Iqbal menjadi sindiran kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap perlindungan anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.