Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendahnya Serapan Anggaran DKI Mengkhawatirkan

Kompas.com - 15/04/2014, 10:33 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Penyerapan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta 2014 dianggap mengkhawatirkan. Sebab, hingga April 2014, penyerapan baru mencapai 4,56 persen. Padahal, dana yang harus diserap mencapai Rp 72 triliun.

"Kalau sekarang serapan anggarannya masih di bawah 5 persen dan baru satu digit, itu mengkhawatirkan sekali bagi sebuah pemerintah provinsi," kata pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Lisman Manurung, saat dihubungi wartawan, di Jakarta, Selasa (15/4/2014).

Seharusnya, menurut dia, penyerapan anggaran dapat mencapai raihan di atas 10 persen. Sebab, saat ini, telah memasuki triwulan kedua atau mendekati semester pertama tahun anggaran. Artinya, seperempat tahun, pelaksanaan program dan penggunaan anggaran telah berjalan.

Ia menengarai, para SKPD dan UKPD kebingungan mengelola anggaran sebesar Rp 72 triliun. Angka itu melonjak puluhan triliun dari APBD sebelumnya, Rp 50,1 triliun. Padahal, anggaran itu harus digunakan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin untuk pelaksanaan program unggulan Ibu Kota.

Misalnya, program antisipasi kemacetan, penanggulangan banjir, pembangunan rumah susun, Kartu Jakarta Sehat (KJS), dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Oleh karena itu, ia mengimbau Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo serta Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk lebih mengawasi kinerja birokratnya. Menurut dia, Jokowi dan Basuki harus bisa mengetahui penyebab lambatnya penyerapan anggaran.

"Apakah birokratnya yang tidak mampu membelanjakan anggaran yang cukup besar? Jangan sampai dibiarkan sampai masuk ke semester kedua, pasti Silpa (sisa lebih penggunaan anggaran)nya tinggi sekali," ujar Lisman.

Sebelumnya, Gubernur Jokowi menjelaskan, Perda APBD 2014 sudah ditetapkan sejak Februari 2014. Sehingga, pada Maret 2014, SKPD telah dapat menggunakan anggaran tersebut. Namun, per 8 April 2014, penyerapan belanja DKI baru 4,56 persen.

Jokowi menyayangkan masih banyaknya program kerja SKPD dan Suku Dinas yang belum terlaksana hingga bulan ini. Oleh karena itu, dia mengharapkan melalui pengarahan yang diberikannya itu, SKPD dapat mulai bergerak dan mengejar serapan APBD semaksimal mungkin. Banyaknya jumlah uang itu, kata dia, tidak tepat sasaran apabila program kerja hanya dilaksanakan di akhir tahun. Ia tak habis mengapa berbagai program kerja, pengadaan barang, dan pembangunan baru dapat terlaksana di akhir tahun.

Apabila program kerja dikerjakan di awal tahun, saat APBD telah cair, maka akan mempengaruhi kepada hasil yang baik pula. "Administrasi lapangannya kan juga enak dan baik. Saya enggak tahu, kenapa budaya kerja selalu dipepetkan ke bulan November dan Desember," kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com