Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KRL Gangguan, Penumpang di Bekasi Ngamuk Blokade Jalur Kereta

Kompas.com - 17/04/2014, 10:31 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Lagi, kereta commuter line keberangkatan Bekasi menuju Jakarta Kota mengalani gangguan sinyal masuk. Imbasnya, penumpang mengamuk dan menghentikan paksa kereta ekonomi ke Jawa dengan memblokade jalur kereta.

"Berintiin kereta jawa! Orang pada telat kerja, tahu! Mau kayak Bogor, dibakar?" seru seorang penumpang kepada petugas keamanan stasiun, Kamis (17/4/2014) pagi.

Protes serupa juga dilayangkan penumpang lainnya, Tari, di depan kantor kepala Stasiun Bekasi. "Ini kenapa gangguan terus. Kita di sini pengguna jasa, banyak yang mau kerja. Udah tiga bulan kok enggak ada solusinya," seru Tari dengan nada tinggi.

Amukan Tari disambut riuh seruan penumpang lain yang juga meluapkan kekesalannya. Tari mengaku ini bukan kali pertamanya protes kepada kepala stasiun. Sebelumnya, ia telah mengajukan keluhannya dua munggu lalu, namun hingga kini belum ada tanggapan.

"Waktu itu kepala stasiunnya bilang 'berangkatnya lebih pagi aja'. Ini udah berangkat pagi masih gangguan juga. Emang enggak bener aja ini (pelayanannya)," ujar wanita yang bekerja di kawasan Blok M ini.

"Masa alasan telat ke kantor kereta lagi kereta lagi," lanjutnya.

Pantauan Kompas.com, seratusan penumpang terpaksa tertahan di peron sejak pukul 07.45 WIB hingga dua jam setelahnya. Padahal, saat itu kereta commuter line menuju Jakarta Kota sudah berada di jalur 3.

Untuk mencegah amukan yang lebih besar, kereta urung diberangkatkan. Penumpang yang telah menduduki rel kereta mengajak penumpang lain yang masih berada di peron untuk ikut aksi mereka. Petugas peron pun tak luput dari amukan penumpang.

"Biar aja, kereta Jawa enggak boleh jalan. Ini banyak ibu hamil, bawa anak, pak! Kita juga mau kerja. Kereta Jawa mah enak, bisa santai," protes salah satu penumpang pada petugas peron.

Atas desakan penumpang, Koordinator Stasiun Bekasi, Dedi, memberikan penjelasan kepada penumpang melalui pengeras suara. Dedi meminta maaf atas keterlambatan kereta dan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk memberikan solusi atas masalah ini.

"Akan kami kirimkan keluhannya ke manajemen. Kami juga mohon bantuannya untuk memecahkan masalah ini karena ini masalah kita bersama," ujar Dedi yang langsung disambut seruan penumpang.

Bahkan, Totok, penumpang kereta jurusan Bekasi-Jakarta Kota menganggap aksi protes penumpang ini sebaiknya dilanjutkan saja. "Demo ini harus kita lanjutkan, biar ada efek jeranya. Biar penanganannya cepat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com