Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Bersihkan Monas Harus Lewat Birokrasi DKI yang Sulit

Kompas.com - 25/04/2014, 22:31 WIB
Nadia Zahra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Klining Servis Indonesia (APKLINDO) Tommy Hardjana menyayangkan sulitnya birokrasi di tubuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pendapatnya itu terkait pengajuan dalam membersihkan monumen nasional (Monas), Jumat (25/4/2014).

"Ide membersihkan Monas ini sudah lama kami pikirkankan. Makanya, tahun 2010 kami ajukan proposal ke unit pengelola (UP) Monas tapi tidak direspons. Kemudian tiba-tiba Ahok menyatakan perusahaan Kaercher yang berhak membersihkan Monas. Kapan deal antara mereka kami tidak tahu. Diajak duduk bersama satu meja pun tidak pernah," ucap Tommy di Kantor Pusat APKLINDO Jakarta Barat.

Ia menceritakan perjalanan APKLINDO menyampaikan niat membersihkan Monas kepada Pemprov DKI Jakarta tersebut. Sejak 2010, APKLINDO tak kunjung mendapat respons. Maka itu, APKLINDO memohon bantuan kepada asosiasi rekanan yaitu Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) untuk membantu menembus birokrasi Pemprov DKI Jakarta.

"Atas bantuan ARAI, kami dibantu oleh FORAKSI (Forum Olahraga Aksi) untuk dihubungkan dengan Kemenpora. Kemudian, kami mendapat dukungan Roy Suryo pada 2013 kemarin. Beliaulah yang bantu menembuskan APKLINDO ke dalam birokrasi Pemprov DKI," ujar Tommy kepada Kompas.com.

Kemudian pada 21 Maret, APKLINDO diundang ke Balaikota untuk melakukan audiensi dengan protokoler Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Sejak itu, mereka optimistis dapat bekerja sama dalam membersihkan ikon Jakarta tersebut.

"Ternyata setelah masa menunggu keputusan, tiba-tiba kami terkejut Ahok memilih perusahaan Kaercher sebagai fasilitator dalam membersihkan Monas," ungkap Tommy.

Setelah keputusan final tersebut, Tommy mengaku tidak akan memperpanjang perkara itu. Ia justru mengimbau agar semua kalangan bisa mengawal pembersihan tugu Monas bersama. "MoU sudah disepakati kedua belah pihak (Kaercher dan Pemprov DKI Jakarta). Ya sudah mari kita kawal sama-sama. Ini demi semua warga negara yang bangga terhadap ikon Monas," tukas Tommy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com