Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Siapa yang "Kebakaran Jenggot"?

Kompas.com - 22/05/2014, 07:29 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai tudingan pengacara mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono, Feldy Taha, yang menuduhnya sebagai orang yang paling berperan dalam pencopotan Pristono dari jabatannya tak berdasar. Menurut Basuki, ia tak memiliki wewenang apa pun dalam hal mencopot dan memutasi pejabat.

"Jadi siapa yang kebakaran jenggot? Bahkan kalau saya Plt (Gubernur) saja tidak boleh copot orang. Tetap harus seizin menteri," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Terkait proyek pengadaan bus, Basuki mengaku sudah pernah memperingatkan Pristono dari jauh-jauh hari. Menurut dia, bus asal Tiongkok yang hendak digunakan sangat tidak layak pakai.

Basuki pun menyesali peresmian pengoperasian bus kota terintegrasi bus transjakarta (BKTB) pada pertengahan Januari 2014. Padahal, kata Basuki, saat itu Pemerintah Provinsi DKI belum secara resmi melakukan serah terima bus dari produsen.

"Tapi dia tetap suruh kita pakai. Terus kenapa Anda resmikan bus yang belum Anda terima," katanya dengan nada tinggi.

Saat diketahui ada 14 bus yang komponennya mengalami karat, Basuki mengaku sudah pernah menanyakannya kepada Pristono. Saat itu, kata dia, Pristono mengatakan bahwa bus tersebut masih dalam tahap uji coba dan belum secara resmi diterima oleh Pemprov DKI.

"Oke, kalau hanya titipan. Tapi kenapa suruh kita pakai, gitu lho. Terus dia bilang, 'Sudah, Pak, masih ada masa konstruksi 50 hari'. Begitu lewat (50 hari), terus kenapa suruh kita terima. Dasarnya apa?" ucap Basuki dengan wajah memerah.

Sebelumnya, Feldy Taha menuding Basuki sebagai orang yang paling berperan dalam pencopotan Pristono dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perhubungan, setelah penemuan 14 bus yang mengalami karat pada komponennya.

"Yang 'kebakaran jenggot' soal bus ini bekas adalah Ahok (Basuki). Dia juga yang terus menyudutkan klien kami untuk dicopot dari jabatannya. Ini namanya pembunuhan karakter," kata Feldy, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (21/5/2014).

Ke-14 bus berkarat itu saat ini masih berada di pul milik PPD di Ciputat, Tangerang. Bus-bus tersebut bergabung dengan 531 bus lainnya yang hingga saat ini belum diserahterimakan karena Pemprov DKI baru membayar sebesar 20 persen dari jumlah total uang pembelian yang mencapai sekitar Rp 1,5 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com