Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPU Karet Bivak Jadi Danau

Kompas.com - 26/05/2014, 10:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kerap kali tergenang, baik akibat banjir maupun hujan. Atas kondisi itu, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta berencana meninggikan areal makam sekaligus membangun drainase.

Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta Nandar Sunandar mengatakan, proyek peninggian dan pembuatan drainase itu akan dilakukan pada 2015.

Lokasi yang akan ditinggikan adalah areal di Blad 37, 15, 16, 17, yang rawan terkena banjir setiap tahunnya. Nandar  mengatakan, drainase yang akan terbangun itu berada di luar areal makam.

"Drainase ini yang nantinya akan menampung air untuk kemudian terkoneksi ke sungai terdekat dengan TPU," ungkap Nandar, Minggu (25/5/2014).

Berdasarkan catatan, setiap tahunnya areal makam kali tergenang, seperti yang terjadi pada banjir awal 2014.

Terkait anggaran, Nandar mengaku masih dalam perhitungan. "Lebih jelasnya berapa nanti saat menyusun daftar penggunaan anggaran 2015 sudah keluar," ungkap Nandar.

Mirip danau

Hal itu diakui Muhammad Safri (55), salah seorang perawat dan penjaga makam di Blok AA Unit Islam, TPU Karet Bivak. Menurut Safri, areal makam, seperti Blok AA Unit Islam Blad 15, 16, dan 16, selalu terganang. "Sudah mirip danau," ungkap Safri, kepada Warta Kota, Minggu (25/5).

Di Blad 37, lanjut Safri, juga tergenang. "Wah, bulan Januari kemarin, ya .. di sini kayak danau," ungkap Safri. Bahkan, lanjutnya, di empat blok tersebut terdapat sedikitnya 15 makam Pejuang 45 yang terendam banjir.

"Ketinggian air ketika itu mencapai 1,2 m. Banyak juga makam Pejuang 45 yang terendam. Tapi, saya nggak hafal makam siapa saja. Yang pasti, ketinggian air bikin saya salut," ungkap Safri.

Safri yang mengenakan baju berwarna biru dan bertuliskan Suku Dinas Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Pusat, di punggungnya, ini mengakui, dia hanya menyedot air untuk mengurangi genangan.

"Waktu itu, ada tiga mesin pompa yang dioperasikan. Air langsung dibuang ke kali mati," ungkap Safri. Upaya penyedotan dilakukan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI bersama Suku Pemakaman Jakarta Pusat.

Perawat makam lainnya, Munadi (50), mengakui kondisi itu. Bahkan, menurut Munadi, dia  pernah melihat sejumlah warga seperti tengah memancing di areal makam yang tergenang.

Tanah makam rendah

Munadi menambahkan, lokasi lahan makam itu memang rendah sehingga mudah terendam air saat hujan atau banjir. "Struktur  tanah makam di Blok AA memang lebih rendah dari sekitarnya. Bentuknya cekung sehingga air yang merendam ratusan makam ini tak dapat mengalir ke mana-mana," ungkap Munadi.

Bahkan, lanjut Munadi, air dari kali mati masuk ke areal malam karena lokasi Blok AA cukup rendah. "Airnya mandek saja. nggak ngalir," ujar Munadi.

Munadi menambahkan, ketika terjadi genangan, untuk surut, butuh waktu cukup lama. "Bisa 2 sampai 3 minggu," ungkap Munadi.

Sementara itu, Kepala Suku Dinas Pemakaman Jakarta Pusat Dedy Tarmizi mengakui, genangan air itu terjadi karena memang di kawasan Blok AA1 TPU Karet Bivak memiliki cekungan. "Oleh sebab itu, ke depan akan dirancang tata ruang pemakaman agar hal ini tidak terjadi genangan lagi," ungkap Dedy. (m2/bin).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com