Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APTB Tangerang Sepi Penumpang sejak "E-Ticketing" Berlaku

Kompas.com - 18/08/2014, 13:47 WIB
Andri Donal Putra

Penulis


TANGERANG, KOMPAS.com
 — Warga Tangerang dan sekitarnya tak lagi tertarik menggunakan jasa bus angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB). Sebab, sejak tiket elektronik berlaku, mereka harus membayar harga tiket dua kali.

Penumpang yang tinggal di kawasan pinggir Jakarta harus membayar saat naik ke bus APTB dan saat naik bus transjakarta. Tarif APTB Rp 5.000 ditambah tarif transjakarta Rp 3.500. Totalnya ialah Rp 8.500.

Pantauan Kompas.com saat mendatangi halte bus line untuk APTB di Terminal Poris Plawad, Tangerang, Senin (18/8/2014) siang, ada dua bus APTB yang kosong. Satu bus yang siap jalan dan satunya bus yang mengantre di belakang.

"Sekarang jadi sepi banget. Hari ini saja sampai sekarang enggak lebih dari 20 orang," tutur Sunarto (45), pengemudi bus APTB jurusan Poris Plawad-Central Park.

Sunarto mengatakan, sebelum diberlakukan sistem e-ticketing untuk transjakarta, jumlah penumpang bisa mencapai kisaran 600-700 orang per minggu. Kini, sehari pun belum tentu lebih dari 20 orang.

Dulu, kebanyakan orang, menurut Sunarto, lebih nyaman menggunakan bus APTB dibanding bus transjakarta disebabkan fasilitas bus yang masih baik. "Bus (APTB) ini sama sekali belum pernah mogok terus AC-nya juga masih dingin," imbuh Sunarto.

Terkait operasional bus APTB sebagai feeder, Norman (20), selaku pengawas dari Dinas Perhubungan, menuturkan, bus APTB memang berfungsi sebagai bus pengumpan untuk kemudian penumpang dialihkan ke bus transjakarta. Namun, kenyataannya, masih banyak bus APTB yang melintas di jalan protokol Jakarta, seperti di Jalan Daan Mogot, Jalan Sudirman, dan sepanjang pasar Tanah Abang.

Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran), Izul Waro, menilai, operasional layanan bus APTB melenceng dari tujuan awal. Dia mengatakan, saat ini APTB sudah ikut masuk ke dalam kota yang seharusnya menjadi ranah bus transjakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com