Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Tarif Progresif Berlaku, Penumpang KRL Naik Drastis

Kompas.com - 18/08/2014, 16:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setahun setelah penerapan tiket elektronik dan tarif progresif, jumlah penumpang KRL Jabodetabek meningkat 56,6 persen. Penggunaan kartu multitrip dan kartu uang elektronik yang diterbitkan empat bank mencapai 47,5 persen dari jumlah penumpang.

Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) Eva Chairunisa, Minggu (17/8), mengatakan, jumlah penumpang KRL pada Juni 2014, mencapai 18,5 juta orang (rata-rata 617.014 orang per hari). Adapun jumlah penumpang pada Juni 2013 adalah 11,8 juta orang (rata-rata 393.884 orang per hari). Tiket elektronik dan tarif progresif diberlakukan di KRL Jabodetabek mulai 1 Juli 2013.

”Saat ini, penumpang yang menggunakan kartu multitrip (KMT) 8,1 juta orang (44 persen) dan pengguna kartu uang elektronik 662.214 orang (3,5 persen). Jumlahnya memang di bawah pengguna kartu harian berlangganan, yang 9,7 juta orang (52,5 persen) per bulan,” katanya.

Untuk memopulerkan penggunaan KMT, PT KCJ menawarkan promosi antara lain hadiah langsung bagi pembeli perdana KMT dan pengguna KMT yang mengisi ulang Rp 50.000 di 40 stasiun KRL. Promosi ini berlaku hingga 21 Agustus.

Sejumlah bank penyedia kartu uang elektronik juga mencatat penggunaan uang elektronik terbanyak di sektor transportasi.

Senior General Manager Head of Consumer Card BCA Santoso mengatakan, 74 persen penggunaan uang elektronik ada di sektor transportasi mulai pembayaran tiket KRL, transjakarta, parkir, serta tol di Surabaya dan Makassar. ”Transaksi uang elektronik di wilayah Jabodetabek mencapai lebih dari 50 persen,” ujarnya.

Sejak kartu Flazz diluncurkan tahun 2007, pertumbuhan terbesar baru dirasakan tahun 2014. Santoso mencontohkan, sepanjang 2013, transaksi uang elektronik mencapai 13,8 juta transaksi dengan nilai Rp 450 miliar. Adapun hingga pertengahan tahun ini, jumlah transaksi uang elektronik sudah 13,9 juta kali dengan nilai Rp 550 miliar.

Uang elektronik

Hal senada disampaikan Group Head e-Banking Bank Mandiri Rahmat Broto Triaji. Penggunaan uang elektronik saat ini sudah mencapai 11,5 juta transaksi per bulan dengan nilai Rp 180 miliar. ”Sebagian besar transaksi di DKI Jakarta dan penggunaannya terutama di sektor transportasi, seperti KRL, transjakarta, dan jalan tol,” ujarnya.

Jumlah kartu e-Money Bank Mandiri yang beredar saat ini mencapai 4 juta kartu. Sampai akhir tahun, Bank Mandiri menargetkan penggunaan kartu mencapai 5 juta.

Pada masa datang, Rahmat mengaku masih ada sejumlah hal yang mesti ditingkatkan, terutama kemudahan pengisian ulang saldo uang elektronik.

General Manager BNI Dodit Probojakti mengatakan, pihaknya akan mulai memperluas penggunaan kartu uang elektronik pada tahun depan. ”Saat ini, sudah 350.000 kartu TapCash beredar. Sampai akhir tahun, rencananya kartu beredar bertambah 50.000 dan tahun depan ada penambahan sampai 350.000 kartu,” katanya. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com