Seperti diketahui, pria yang akrab disapa Ahok itu tak lama lagi akan memimpin Jakarta untuk menggantikan Joko Widodo yang menjadi presiden. Risdianto (37), warga Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini mengatakan, untuk mengurus Jakarta, tak mungkin Ahok bekerja sendiri.
"Untuk mengurus DKI tentu perlu wagub. Soalnya, Jokowi memimpin Jakarta saja itu masih kurang, masih keteteran," kata Risdianto, kepada Kompas.com, Jumat (12/9/2014).
Risdianto mengatakan, meniadakan posisi wakil gubernur untuk kota sebesar Jakarta akan membuat Ahok kesulitan dalam memimpin.
Menurut dia, sejumlah deputi atau staf yang membantu Ahok pun tak akan mampu membantu Ahok dalam mengurus kota sebesar Jakarta dengan penduduk dan problem yang banyak. Ia berpendapat, posisi seorang wakil berguna untuk membantu pimpinannya dalam melaksanakan kebijakan dan keputusan.
"Saya enggak sependapat. Bagaimana ngurus yang di dalam, apalagi kalau dia bilang bisa ngurus Jakarta cuma pakai CCTV, enggak pakai blusukan. Enggak akan sanggup," ujar Risdianto.
Pratama (24), warga Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, lainnya mengatakan, sesuai dengan peraturan, gubernur menjalankan roda pemerintahan tentu mesti memiliki wakil. Ia menilai pemerintahan tak akan berjalan karena posisi wakil gubernur juga memiliki fungsi strategis dalam menjalankan tugas dan fungsi gubernur.
"Dia kan terbiasa mengeluarkan pernyataan kontroversial. Meskipun dia bilang sanggup memimpin sendirian, tampaknya DPRD tidak mengizinkan hal itu karena sesuai peraturan bahwa harus ada wakil," ujar Pratama.
Lalu, siapa calon yang mereka nilai tepat mendampingi Ahok?
Baik Risdianto maupun Pratama tak mengetahui pasti rekam jejak tokoh-tokoh sering disebut untuk mendampingi Ahok. Mereka tidak mengenal Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Boy Sadikin, mantan Wali Kota Blitar yang kini menjadi Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono, Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi, dan Deputi Gubernur DKI Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Sarwo Handayani.
Namun, keduanya memiliki pilihan masing-masing. Risdianto memilih Boy Sadikin karena sosok sang ayah, Ali Sadikin, yang dianggap mampu memimpin Jakarta pada era 1960 itu. "Karena ada nama besar bapaknya, Ali Sadikin. Kalau saya Boy karena mungkin kepemimpinan bapaknya akan ditiru oleh Boy," ujar Risdianto.
Sementara itu, Pratama memilih Sarwo Handayani karena menganggap PNS di lingkungan DKI itu tentu lebih memahami persoalan Ibu Kota di banding calon lain. "Meskipun enggak tahu siapa dia, tapi latar belakang dari lingkungan pemprov bisa jadi nilai tambah buat dia. Yang artinya, dia sudah kenal Jakarta," ujarnya.
Sebelumnya, Ahok mengatakan, kalau boleh memilih, dia merasa lebih baik memimpin Ibu Kota sendirian. Sebab, DKI sudah memiliki sebanyak empat deputi gubernur serta sekretaris daerah (sekda).
Deputi gubernur merupakan jabatan PNS Pemprov DKI yang tugas utamanya adalah membantu kepala daerah merumuskan kebijakan pembangunan. Jabatan ini ditunjuk langsung oleh gubernur saat baru terpilih.
Para pejabat DKI ini, kata Basuki, memiliki kompetensi yang baik serta telah bersepakat untuk membangun Jakarta Baru. Mereka juga merupakan profesional, tanpa latar belakang dan embel-embel partai politik sehingga tidak akan terganggu dengan kepentingan terselubung partai politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.