Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kodam Jaya Sudah Ingatkan Warga Tak Bangun Rumah Lagi sejak Kebakaran

Kompas.com - 09/01/2015, 15:41 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kodam Jaya menegaskan bahwa sejak kebakaran yang terjadi sekitar September 2014 kemarin, warga di Kompleks Siliwangi, di Jalan Jambul Lama RW 10, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, tidak boleh membangun rumah lagi.

Namun, imbauan yang datang dari Panglima Kodam Jaya saat itu rupanya tidak dihiraukan beberapa warga.

"Ketika ini kemarin terbakar bulan September, Bapak Panglima juga sudah ke sini. Kemudian, Bapak Panglima dalam statement-nya mengatakan, tidak boleh dibangun," kata Kepala Penerangan Kodam Jaya Letnan Kolonel Infanteri Heri Prakoso, di lokasi, Jumat (9/1/2015).

Namun, lanjut Heri, warga malah membangun permukiman mereka kembali pasca-kebakaran itu. Ada yang membangun dari pinjaman dan bantuan saat kebakaran itu terjadi. [Baca: Dibilang Sarang Maksiat, Warga Kompleks Siliwangi Bilang Itu Akal-akalan TNI Saja]

"Warga mungkin ada yang memberikan angin, bantuan lunak, ada yang memberikan 'jaminan' mungkin TNI enggak berani gusur, jadi akhirnya, ada sebagian yang bangun," ujar Heri.

Namun, dia mengklaim, ada pula warga yang sadar sejak diingatkan Kodam Jaya untuk tidak membangun kembali rumah mereka. Salah satunya, dia mengaku bertemu seorang perempuan yang dulunya tinggal di kompleks itu selama 40 tahun, dan memilih mengontrak pasca-kebakaran.

"Saya menemukan warga-warga yang tidak membangun (rumah kembali). Saya tanya, 'Dulu Ibu tinggal di sini? Iya Pak, sekarang saya mengontrak'. 'Lho, kok bisa?'" tanya Heri. "Sejak dulu kebakaran, Bapak Panglima bilang begitu ya kami menghormati apa kata Bapak Panglima," ucap Heri.

Malangnya, Kompleks Siliwangi itu kemudian digusur karena lahan tersebut milik TNI. Warga pun terpaksa melihat bangunan mereka diratakan dengan tanah. Warga tak dapat berkutik ketika, Kamis (8/1/2015), ratusan pasukan TNI dan Polri melakukan "eksekusi" terhadap permukiman mereka.

Sempat ada perlawanan sehingga proses eksekusi berlangsung ricuh. Pihak TNI mengaku, sebagian warga yang terkena penertiban direlokasi ke daerah Bekasi. Mereka diberi sewa mengontrak gratis selama satu bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com