Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Nyatakan Evaluasi Larangan Sepeda Motor Bagus

Kompas.com - 20/01/2015, 09:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama satu bulan pelaksanaan uji coba pelarangan sepeda motor di kawasan Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, baik itu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama maupun Dinas Perhubungan hanya mengklaim efektivitas penerapan kebijakan itu.

Kendati demikian, DKI tidak menjelaskan indikator keberhasilan kebijakan itu dalam mengurai kemacetan. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Benjamin Bukit. 

"Memang macet di sana berkurang kok. Saya enggak mau jawab yang salah-salah soal evaluasi. Evaluasinya bagus," kata Benjamin, Senin (19/1/2015). 

Padahal, kemacetan masih terus terjadi di kawasan itu, terutama di jam pulang kerja. Tak jarang klakson mobil saling bersahutan dan mobil-mobil yang bercampur dengan bus kota berkumpul di titik temu simpang Jalan MH Thamrin-Tanah Abang (perempatan Gedung Sarinah).

Kemacetan tidak hanya terjadi di jalan protokol, tetapi juga di jalan alternatif di sepanjang Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat seperti Jalan Sabang, Jalan Jatibaru, Jalan Abdul Muis, Jalan Kebon Kacang, Cideng Barat, dan lainnya.

Sementara itu Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Pargaulan Butar-Butar masih menggunakan waktu menjabat sebagai alasan mengapa tidak bisa memberi informasi perihal pengurangan kemacetan di sepanjang jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat.

"Saya belum ada satu bulan menjabat. Data itu sepertinya ada di bidang operasional," kata Pargaulan.

Lebih lanjut, ia mengimbau warga khususnya pengguna motor untuk beralih menggunakan bus gratis yang disediakan DKI. Hal ini untuk menghindari kemacetan serta kesaemrawutan jalur alternatif. 

Namun, lanjut dia, pengendara motor lebih memilih untuk berkendara di jalur alternatif. "Kami sudah siapkan bus gratis, seharusnya ya mereka bisa gunakan bus gratis. Kalau tetap memilih jalan di jalur alternatif, ya semrawut," ujar Pargaulan. 

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengklaim kebijakannya melarang sepeda motor melintas di sepanjang Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat efektif mengurangi kemacetan di wilayah tersebut.

Kebijakan tersebut sudah dijalankan sejak 17 Desember 2014 lalu. Menurut dia, kebijakannya bersama Polda Metro Jaya telah membuat kawasan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat lebih terlihat rapi.

"Pasti efektif dong. Kalau kamu naik motor di sana dan ngerem, kecepatannya tidak konstan, itu yang menyebabkan kemacetan dan kecelakaan. Pengendara motor itu suka motong jalan seenaknya, ngerem mendadak, itu yang membuat arus lalu lintas jadi ruwet," kata Ahok beberapa waktu lalu. 

Oleh karena itu, ia berencana memperluas wilayah pelarangan perlintasan sepeda motor. Yakni di jalan protokol hingga Jalan Sudirman (kawasan Semanggi-Ratu Plaza-Blok M) dan kawasan Kuningan Jakarta Selatan.

Dia mengutamakan jalan-jalan yang sudah tersedia transportasi massal dengan fasilitas nyaman yang diberlakukan kebijakan ini. Bus yang melintas di daerah pelarangan motor juga harus cukup jumlahnya dan harus ada fasilitas bus gratisnya.

Hingga saat ini, ia belum berencana merealisasikan wacananya memperluas rute pelarangan sepeda motor tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com