Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelarangan Sepeda Motor yang Bikin Repot

Kompas.com - 21/01/2015, 14:12 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Uji coba pelarangan sepeda motor di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan Merdeka Barat mengusik aktivitas warga Ibu Kota. Waktu perjalanan sebagian warga menjadi lebih lama, biaya lebih tinggi, serta kemacetan di jalan-jalan alternatif sekitar lokasi pelarangan terjadi.

Setelah genap sebulan diuji coba, pembatasan sepeda motor di sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan Merdeka Barat menjadi kebijakan resmi sejak 18 Januari 2015.

Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengklaim larangan ini mendorong lalu lintas menjadi lebih lancar karena hambatan jalan berkurang. ”Keuntungannya jelas menambah ruang gerak kendaraan. Kalau banyak sepeda motor, kendaraan tidak bisa disusun rapi,” kata Basuki (Kompas, 14/1/2015).

Realitas di lapangan, kebijakan pembatasan sepeda motor ini melahirkan reaksi yang mendua bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Menurut hasil jajak pendapat Litbang Kompas pertengahan minggu lalu, separuh responden menyatakan kegiatan keseharian mereka terpengaruh dengan pelarangan kendaraan bermotor.

Di dalam kelompok ini, sebagian besar adalah pengendara sepeda motor yang dulu biasa melewati ruas jalan yang sekarang dilarang. Separuh responden lainnya mengungkapkan uji coba ini tidak mengganggu aktivitas mereka.

Imbas yang paling dirasakan warga Ibu Kota adalah waktu perjalanan yang menjadi lebih lama. Sebanyak 46,7 persen responden yang aktivitasnya terganggu larangan ini harus memutar untuk menghindari jalan-jalan yang dianggap sebagai ”etalase Jakarta” itu.

Menurut Dahlan (42), yang membuka toko di rumah, pembatasan sepeda motor mengganggu jadwal rutinnya membeli barang-barang dagangan di kota. ”Merepotkan karena harus muter-muter mencari jalan,” keluh Dahlan, yang biasa menggunakan sepeda motor.

Akibat lain yang banyak dirasakan adalah kemacetan di beberapa tempat lain (23,0 persen), terutama jalan-jalan alternatif di sekitar ruas jalan yang terlarang bagi sepeda motor. Sebagian kecil peserta jajak pendapat (21,7 persen) mengaku ongkos transportasi yang harus dikeluarkan melonjak gara-gara harus membeli bahan bakar minyak lebih banyak karena macet ataupun karena harus mencari jalan memutar. Biaya transportasi pun meningkat.

”Jadi repot dan nambah ongkos transportasi. Waktu juga nambah,” kata Ratih (21), mahasiswi yang kerap bolak-balik antara Universitas Negeri Jakarta di Rawamangun dan Kebayoran.

Perluasan pembatasan

Zona pelarangan sepeda motor direncanakan diperluas. Pada masa mendatang, selain rute Thamrin-Medan Merdeka Barat, pembatasan juga akan dilakukan di Jalan Jenderal Sudirman, dari Bundaran Hotel Indonesia hingga depan Ratu Plaza. Keputusan perluasan ini masih menunggu evaluasi pelaksanaan uji coba pelarangan. Penambahan pembatasan juga baru akan dilakukan jika di lokasi itu angkutan umum sudah lebih siap.

Mendengar rencana ini, enam dari sepuluh responden menganggap penambahan area pembatasan sepeda motor makin menyulitkan mobilitas mereka sehari-hari. Waktu dan biaya transportasi akan lebih meningkat dibandingkan saat ini karena semakin diperlukan usaha ekstra mencari jalan alternatif.

Namun, 40 persen peserta jajak pendapat merasa perluasan pelarangan sepeda motor bakal berdampak positif.

”Sekarang jalan protokol lebih lancar. Mungkin lebih lancar lagi kalau pembatasan diperluas,” kata Ayu (18), pengguna mobil yang sering melintasi Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin.

Enggan beralih

Pelarangan kendaraan roda dua melintas di jalan protokol selama ini bertujuan untuk mengurai kemacetan. Pembatasan juga dimaksudkan agar pengguna sepeda motor mau beralih ke angkutan umum. Namun, tak mudah mendorong pengguna sepeda motor yang biasa melintasi Jalan MH Thamrin ataupun Jalan Medan Merdeka Barat memakai kendaraan umum.

Keengganan sebagian besar pengendara sepeda motor bukan hanya karena alasan biaya transportasi yang menggunakan motor lebih murah ketimbang angkutan umum.

Kalaupun biaya transportasi saat mengendarai kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, sama dengan kendaraan umum, sebagian warga tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi. Belum tersedianya angkutan umum yang nyaman, cepat, dan aman menjadi alasan.

Dahlan adalah salah satu yang dengan tegas tidak mau beralih ke kendaraan umum. ”Repot harus gonta-ganti kendaraan. Habis waktu dan susah kalau bawa dagangan,” katanya.

Semoga evaluasi uji coba pelarangan nanti bisa menjadi bahan pertimbangan kebijakan ke depan. Jangan sampai kebijakan pelarangan sepeda motor menjadi buah simalakama bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (BE Julianery/Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com