Lokasi mangkal para waria ini merupakan jalur memutar ke arah kantor Wali Kota Jakarta Timur dari arah Jalan Doktor Sumarno. Wilayah ini masuk RT 05 RW 08 Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung. Cukup jauh dari pemukiman penduduk, jalur memutar itu belakangan berkembang menjadi tempat mesum.
Dede (28), salah satu warga yang tinggal tak jauh dari jalan memutar itu mengatakan, menjelang tengah malam, kehidupan malam di sana mulai bergeliat. Biasanya, mulai pukul 21.00, di balik remang kolong jembatan, para waria berjejer berdiri.
"Biasanya kalau kita lewat pakai motor itu mereka suka manggil-manggil, 'Mas, sini Mas, mampir', suka begitu kalau lewat situ malam," kata Dede, kepada Kompas.com, Jumat (30/1/2015).
Geliat kehidupan malam di lokasi tersebut, lanjutnya, memang cukup lama. Dede menuturkan, sebelum ada pembangunan flyover yang nantinya menghubungkan Terminal Terpadu Pulogebang, ada cafe-cafe yang berdiri di kolong jembatan tersebut. Namun, cafe tersebut sudah lama digusur.
"Setelah itu, mulai muncul tuh yang namanya bencong-bencong pada mangkal di kolong jembatan situ. Pokoknya serem deh, saya aja kalau lewat situ takut juga, soalnya mikirnya takut perampokan," ujar Dede.
Menurut Dede, praktik mesum di lokasi itu hampir seluruhnya dilakoni oleh waria. "Memang banyakan waria. Tapi kalau enggak salah ada ABG juga. Biasanya malam minggu. Nah malam minggu ini coba aja dateng sini malam-malam, itu paling ramai," ujarnya.
Senada diungkapkan Sirait (45), seorang pekerja kebersihan di depo sampah sekitar kolong flyover. Sirait mengatakan, biasa melihat tiga sampai empat orang waria yang menjajakan diri di kolong flyover Jalan Sentra Primer Timur itu.
"Ada memang waria kalau di situ tiap malam. Yang sering kita lihat itu tiga sampai empat orang," ujar Sirait.
Sirait mengatakan, para waria yang mangkal tersebut biasanya menjadikan hutan pepohonan yang berada di pinggir-pinggir jalur memutar itu sebagai tempat mesum alias ngamar di hutan. Kondisinya memang 'mendukung' karena selain setiap malam gelap, lanjutnya, di sekelilingnya pun hanya ada empang-empang warga dan sebuah lapo.
"Yang kita lihat di mana tempat sepi ya dia (waria dan pelanggan) tinggal mojok saja di situ, di bawah pohon-pohon itu," ujarnya.
Namun, Sirait menampik bahwa ada perempuan PSK yang juga mangkal di pinggir jalan tersebut. Yang ia tahu, semuanya adalah waria. Terlebih, ada kasus sekitar dua tahun lalu seorang perempuan dibunuh di lokasi tersebut.
"Kalau kejadiannya sekitar dua tahun lalu, cewek dibunuh bencong. Mayatnya dibuang di situ. Mungkin persaingan tempat," ujar Sirait.
Sirait membenarkan bahwa sebelumnya tempat tersebut ada cafe-cafe malam. Namun, sejak pembangunan flyover, cafe itu digusur. Saat ini, jalur itu berubah menjadi tempat mangkal waria dengan layanan mesum 'di tempat'. Meski dirinya merasa tak terganggu, namun jalur tersebut memang cukup gelap menjelang malam. "Takut si enggak, cuma memang agak khawatir karena gelap jalan di situ," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.