Sayangnya, kata dia, Basuki atau yang akrab disapa Ahok justru terlalu menyalahkan anggota DPRD DKI dengan menyebut anggota Dewan sebagai maling.
"Sekarang itu dikaitkan dengan Dewan yang disebut maling. Wong saya baru dua hari, belum bisa maling apa-apa di sini. Mau maling AC?" ujar Bestari di DPRD DKI, Selasa (10/3/2015).
Hal yang dimaksud oleh Bestari adalah soal anggaran siluman yang ditemukan oleh Ahok. Menurut Bestari, Ahok terlalu menyalahkan bawahannya mengenai anggaran siluman ini. Hal ini merujuk pada sikap Ahok yang membentak Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi ketika mediasi di Kementerian Dalam Negeri.
Padahal, jika terbukti ada bawahannya yang korupsi, kata Bestari, Ahok turut bertanggung jawab karena tidak melakukan pengawasan terhadap bawahannya. Bestari menyarankan, sebaiknya Ahok memperkuat inspektoratnya.
Menurut dia, sebagai Gubernur sebenarnya Ahok memiliki wewenang besar. Jika Ahok menemukan indikasi anggaran siluman, Ahok dapat menandai saja anggaran itu.
Bestari mengibaratkan hal ini bagai acara perayaan 17 Agustus di kampung-kampung. Ahok bagaikan ketua panitia dan pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai ketua RT.
Dia menerangkan, "Pak RT", dalam hal ini SKPD bertanggung jawab membuat program. DPRD yang dapat diibaratkan seksi keamanan menginginkan pengamanan Kopassus dalam perayaan 17 Agustus itu. Akan tetapi, ketua panitia, dalam hal ini Gubernur, boleh menolak usulan itu jika dianggap berlebihan.
Bestari mengatakan, memang ada potensi dampak serapan yang menjadi rendah dengan adanya penandaan anggaran ini. Akan tetapi, kata Bestari, Ahok tidak perlu ragu. Hal itu sepadan asal uang masyarakat tidak dicuri. Fraksi Nasdem, kata dia, siap membela.
"Kalau nanti akibat pembintangan ini berdampak serapan rendah saat laporan pertanggungjawaban, Nasdem akan paling depan membela dia. 'Ya betul, itu kita sarankan untuk dibintang (ditandai) supaya uang masyarakat tidak dikorupsi'. Selesai. Secara politik kita dukung," ujar Bestari. "Tetapi, kalau sekarang kayak begini nih, kita juga bingung mau bela," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.