Ahli tata kota Nirwono Joga saat dihubungi, Senin (16/3), mengatakan, kepadatan lalu lintas terjadi karena rencana tata ruang dibuat tanpa mengantisipasi perkembangan kota yang dinamis. Pembangunan jalan bebas hambatan TMII-Ulujami di Jalan TB Simatupang, misalnya, memicu pertumbuhan gedung-gedung bertingkat di daerah itu. "Pertumbuhan gedung bertingkat tidak diimbangi dengan ketersediaan angkutan umum terintegrasi," katanya.
Akibatnya, para pekerja kantor menggunakan kendaraan pribadi ke kantor. Hal itulah yang menambah kepadatan lalu lintas di Jalan TB Simatupang.
Pantauan Kompas, dari perempatan Jalan Fatmawati Raya hingga perempatan Ampera yang berjarak sekitar 2,5 kilometer terdapat 76 bangunan rumah, hotel, perkantoran, dan pusat perbelanjaan di sisi kiri-kanan jalan. Beberapa di antaranya gedung yang masih dalam proses pembangunan. Kepadatan lalu lintas kian parah saat berbagai jenis kendaraan bermotor masuk-keluar bangunan itu.
Sudarsono (65), sopir pribadi, mengatakan membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk melintasi jarak 7 km dari rumahnya di Jagakarsa menuju kantor majikannya di Cilandak. "Gedung yang dituju kelihatan, tetapi butuh waktu 30 menit untuk sampai ke area gedung," ujarnya.
Amelia Poerwoko (34), ibu rumah tangga, setiap hari dihadang kemacetan di Jalan TB Simatupang. Warga yang tinggal di daerah TMII, Jakarta Timur, itu melintasi Jalan TB Simatupang untuk mengantar dua anaknya sekolah di Cilandak, Jakarta Selatan. Untuk jarak sekitar 10 km, dia harus menempuh selama 1-1,5 jam. Padahal, dalam kondisi normal, untuk jarak sejauh itu hanya dibutuhkan waktu maksimal 15 menit.
Menurut Amelia, kepadatan lalu lintas di ruas TB Simatupang semakin parah sejak adanya larangan kendaraan besar melintas di jalan dalam kota tiga tahun lalu. Jalan bebas hambatan yang menghubungkan TMII-Ulujami di Jalan TB Simatupang pun makin padat. Jalan itu pada awalnya hanya dilintasi mobil berukuran sedang. Sejak ada larangan kendaraan besar melintas di jalan dalam kota, sekarang jalan bebas hambatan TMII-Ulujami dipadati truk dan bus.
Kondisi Jalan TB Simatupang yang tak kondusif itu membuat Amelia stres. "Anak-anak kerap rewel di dalam mobil. Saya harus menyetir sekaligus mengajak anak-anak bermain agar mereka tidak bosan," katanya.
Ketua Tim Gubernur DKI Jakarta untuk Percepatan Pembangunan Sarwo Handayani mengatakan, kepadatan lalu lintas di Jalan Simatupang terjadi karena jalan bebas hambatan TMII-Ulujami sudah tersambung dengan Tol Lingkar Luar Jakarta. "Kepadatan lalu lintas yang tadinya hanya ada di dalam kota sekarang mulai terurai. Pengendara mobil memfungsikan Tol Lingkar Luar," ujarnya.
Menurut Handayani, kepadatan lalu lintas terjadi karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terlambat mengantisipasi pembangunan. Dalam diskusi yang diadakan New Cities Foundation di Jakarta, pekan lalu, Handayani menuturkan, Pemprov DKI menyiapkan target pembangunan berkelanjutan Jakarta 2030.
Dalam 15 tahun ke depan, 60 persen pengguna kendaraan pribadi ditargetkan beralih ke transportasi publik. Kecepatan mobil di jalan raya meningkat menjadi 35 kilometer per jam.
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan Priyanto mengatakan, pihaknya menempatkan sejumlah petugas di persimpangan Jalan TB Simatupang untuk mengurai kepadatan lalu lintas di lokasi itu.
Berkaitan lanjutan pembangunan MRT di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan PT MRT Jakarta akan melakukan perubahan pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan pekan depan. (DNA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.