Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kukuh Buat Video Berdebat dengan Pengendara Motor Lawan Arah

Kompas.com - 26/03/2015, 07:17 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak banyak orang yang punya nyali untuk menyuarakan kegelisahannya mengenai trotoar yang beralih fungsi menjadi lintasan pengendara motor. Kalau pun ada, pasti orang tersebut, setidaknya punya kegelisahan yang tak bisa lagi dipendam.

Salah satu orang yang berani menyuarakan haknya adalah Kukuh Adi Danisworo. Pria yang tahun ini menginjak usia 27 tahun, melakukan proyek bersama Komtung TV, yang berkaitan dengan pengendara motor melawan arah dan melintas di atas trotoar.

Kukuh menilai, pembuatan video yang dilakukan pada November 2014 dan baru diunggah Komtung TV pada (2/3/2015), merupakan bagian pencerdasan ke masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga dapat melihat, aksi dari pengendara yang dianggap salah kaprah tersebut.

"Karena sebelum video ini dibuat pun sudah lebih dari satu kali ketemu motor lawan arah di trotoar. Jadi alangkah lebih baik didokumentasikan saja mereka-mereka itu biar terekspose," kata Kukuh, Rabu (25/3/2015).

Dia tak menampik bahwa pengendara motor di Jakarta kurang disiplin dalam berlalu lintas. Salah satunya dilihat dari adanya penyerobotan trotoar yang berfungsi sebagai tenpat pejalan kaki.

"Seperti yang kita semua ketahui, mayoritasnya ngaco semua. Hampir enggak ada yang bisa ngehargain sesama pengguna jalan," kata Kukuh yang pernah bekerja di lembaga anti-rasuah di Indonesia.

Penyebab praktik kendaraan melawan arah tak sedikit faktor yang membuat adanya praktik kendaraan sepeda motor yang melawan arah.

Kukuh menilai, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan praktik salah kaprah itu terjadi. Pertama, kata Kukuh, pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Indonesia belum tertata rapih.

Ia juga menduga banyak praktik curang saat pembuatan SIM. "Pertama, sudah jelas karena penerbitan SIM di Indonesia enggak ada tolak ukur yang jelasnya. Tes untuk dapetin SIM tak jelas, kalau pun ada cuman formalitas aja, belum lagi banyak yang menembak jadi enggak ada yang benar-benar tahu gimana seharusnya berkendara," kata Kukuh.

Kedua, sambung Kukuh, aparat penegak hukum, yakni polisi belum optimal dalam melaksanakan tugasnya. Penertiban yang notabene dianggap penting malah jarang dilakukan oleh Kepolisian, khususnya untuk pengendara yang melawan arah.

"Kedua, penanganan dari aparat kurang maksimal. Hal ini terjadi karena jumlah personelnya kalah banyak dibanding jumlah pengendara motornya, kalaupun ada penertiban sifatnya hanya seremonial atau sekali-sekali saja, enggak berkala dan konsisten," ujar Kukuh.

Ketiga, kata Kukuh, kredit sepeda motor di Indonesia sangat lah mudah. Sehingga ada peluang bagi siapapun, termasuk anak kecil untuk mengendarai sepeda motor.

"Ketiga, kredit motor sudah gampang banget sehingga siapapun juga bisa naik motor sesuka hati, tak terkecuali mulai dari anak SD (Sekolah Dasar)," katanya.

Kukuh menilai, dari ketiganya, ia yakin antara satu sama lain saling ada kaitannya. Tak pelak, yang dihadapkan adalah permasalahan praktik berkendara yang melanggar aturan lalu lintas, salah satunya berkendara lawan arah di atas trotoar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com