Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hak Angket terhadap Ahok Dinilai Bermuatan Politik Balas Dendam

Kompas.com - 27/03/2015, 07:02 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maksud dan tujuan hak angket yang diajukan DPRD DKI Jakarta terhadap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai perlu pendalaman lebih lanjut. Sebab hak angket yang bergulir saat ini lebih mempermasalahkan etika dan sopan santun Ahok.

“Sekarang kok lebih banyak bicara etika dan sopan santun. Itu bukan argumentasi kuat kalau mau permasalahkan hak angket yang sekarang ini,” kata pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/3/2015).

Menurut Yunarto, hak angket harus berkaitan dengan asumsi kebijakan yang berkaitan dengan masyarakat Jakarta secara luas supaya bisa membuktikan hasil penyelidikan dari hak angket itu sendiri.

Yunarto berpendapat hak angket sekarang ini jauh dari kata penyelidikan. “Hak angket sekarang ini tidak sehat. Lebih terasa nuansa politik balas dendam,” kata Yunarto. [Baca: DPRD Tepuk Tangan Satu Menit Kala Ahok Disebut Tak Pantas Jadi Gubernur]

Salah satu contoh politik balas dendam, misalnya, kata Yunarto, perselisihan antara M Taufik, Abraham ‘Lulung’ Lunggana dengan Ahok. “M Taufik dan Haji Lulung terlalu banyak bicara. Seakan-akan ada masalah pribadi antara mereka dan Ahok. sehingga hal ini bergeser jadi politik dendam,” ujar Yunarto. [Baca: Anggota DPRD Tepuk Tangan Saat Dengar Ahok Bisa Diberhentikan]

Kalau itu yang memang terjadi, Yunarto menyarankan hak angket tak perlu dilanjutkan. Karena akan berdampak pada kinerja anggota dewan lainnya. “Kalau itu terjadi, tidak perlu hak angket. Malah buang-buang waktu. Kasihan anggota dewan lainnya yang benar-benar mau kerja,” ujar Yunarto.

Menurut Yunarto, hak angket merupakan 'senjata pamungkas’. Sehingga, kegunaannya pun harus tepat. “Jangan tiap masalah bergulir, pakai hak angket. Padahal etika dan sopan santun kan bukan (hak angket),” ujar Yunarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com