Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Mantan Wagub Era Foke Menyangsikan Komitmen Ahok

Kompas.com - 09/04/2015, 09:22 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto menyesalkan ucapan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang pernah menyatakan tidak adanya praktik korupsi pada kasus sengketa tanah di Taman BMW, Jakarta Utara, Rabu (8/4/2015). Menurut dia, kolusi dan korupsi di Taman BMW terletak pada adanya kongkalikong antara pemerintah dan pengembang, yang menghasilkan berita acara serah terima (BAST) dan surat pelepasan hak (SPH) palsu.

Menurut Prijanto, penyerahan BAST dan SPH yang diduga palsu itu terjadi pada 2007. Adalah perusahaan properti Agung Podomoro yang saat itu terikat kewajiban fasos dan fasumnya kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka akhirnya menyerahkan area tanah yang saat ini disengketakan.

"Bahwa saat proses penyerahan tanah itu diduga telah terjadi korupsi dan kolusi antara pengembang dan pemerintah," kata dia dalam diskusi publik Mengungkap Dugaan Korupsi di Balik Gagalnya Pembangunan Stadion Olahraga di Taman BMW di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Dalam kasus sengketa tanah di Taman BMW, Prijanto mengatakan, ada tiga hal yang dilanggar oleh Agung Podomoro. Selain BAST dan SPH palsu, dua hal lainnya adalah mengenai lokasi dan luas tanah. Mengenai lokasi, Prijanto mengatakan, area tanah yang diberikan bukanlah area tanah yang dijanjikan sebelumnya.

"Di mana letak tanah yang diserahkan? Apakah (Pemprov DKI) tidak salah alamat terus mengklaim tanah BMW? Sebab, tanah BMW di Jalan RE Martadinata, Kelurahan Papanggo, bukan di Jalan Rumah Sakit Koja, Kelurahan Papanggo, dan Sunter Agung," ujar dia.

Sementara itu, mengenai luas tanah, Prijanto mengatakan bahwa tanah yang diserahkan oleh Agung Podomoro diklaim memiliki luas 265.335,99 meter persegi. Namun, dari SPH yang terlampir, kata dia, jika dijumlahkan, totalnya hanya mencapai 122.228 meter persegi.

"Di sinilah terjadinya kerugian negara. Artinya, pengembang masih punya utang ke Pemprov DKI," ucap Prijanto.

Prijanto mengaku sudah sempat menjelaskan hal-hal tersebut ke Ahok, berikut data-datanya, sekitar pertengahan 2013. Ia berharap Ahok bisa membongkar kasus tersebut. Terlebih lagi, Ahok dikenal sebagai tokoh yang giat memberantas korupsi.

Akan tetapi, ia heran Ahok sama sekali tak menanggapi masukannya itu. Bahkan, Ahok juga sempat menyatakan tidak ada tindak korupsi yang terjadi. Ia menganggap tindakan tersebut sama saja dengan pembiaran terhadap praktik korupsi.

"Keanehannya, kenapa kemudian beliau mengatakan tidak ada korupsi? Padahal, ini korupsi yang berkelanjutan dan ada pembiaran. Barang siapa melihat, mengetahui adanya tindak pidana korupsi, bisa dipidana," kata Prijanto.

Menurut Prijanto, hanya Ahok yang memiliki kewenangan membongkar kasus tersebut. Selain Ahok, DPRD DKI selaku lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah juga harus melakukan hal yang sama.

"Kalau saya duduk di salah satu lembaga itu, pasti akan saya lanjutin. Panggil dong pengembangnya karena DKI diduga sudah dibohongi oleh pengembang," ujar dia.

Jika Ahok tak mau mengungkap kasus tersebut, Prijanto menilai citranya sebagai tokoh antikorupsi patut dipertanyakan. Ia pun menganggap Ahok tak pantas mendapatkan penghargaan sekelas Hatta Award.

"Kalau Ahok memang benar-benar antikorupsi, harusnya begitu tahu yang seperti ini dia langsung bilang 'bajingan, ternyata DKI dibohongi Agung Podomoro'. Itu nilainya bagus. Award dari Hatta-nya terasah. Kalau diam saja, nilai saja sendiri apakah award-nya pas atau enggak," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, pengamat politik Amir Hamzah menilai, Ahok tidak mungkin mau mengungkap kasus tersebut. Sebab, ia menganggap Ahok ikut terlibat dalam pusaran kasus tersebut. Menurut Amir, pada 2007, Ahok adalah staf khusus gubernur saat itu, Sutiyoso, merangkap sebagai konsultan Agung Podomoro.

"Ahok pernah menjadi konsultan di PT Agung Podomoro yang jadi pengembang di pembebasan lahan Taman BMW," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com