Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfudz Siddiq: Prostitusi "Online" Tak Kalah Bahayanya dengan Narkoba

Kompas.com - 24/04/2015, 08:36 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta merespons cepat dan tepat dalam menyikapi ancaman yang muncul dari bisnis prostitusi melalui online atau media sosial. Bisnis hitam ini terus berkembang di Indonesia dan dianggap sama membahayakannya seperti peredaran narkoba.

"Penyalahgunaan media sosial untuk jasa layanan esek-esek nilai bahayanya tidak kalah dengan narkoba," kata Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, di Jakarta, Jumat (24/4/2015).

Mahfudz menuturkan, bahaya bisnis prostitusi melalui media sosial harus disadari sejalan dengan terungkapnya kasus pembunuhan Deudeuh Alfi Syahrin (26). Ia mendesak Polri untuk lebih serius dalam menindak otak bisnis prostitusi online serta juga meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir semua layanan online yang menawarkan bisnis prostitusi.

Politisi PKS itu melanjutkan, kasus kematian Alfi ikut membongkar fakta tersembunyi tentang masifnya jasa layanan seks melalui media sosial. Ia memfokuskan perhatian pada banyaknya gadis remaja dan di bawah umur yang menjadi bagian, atau menjadi korban dari bisnis ilegal itu.

"Polri harus serius menegakkan hukum, Kemenkominfo juga punya tanggung jawab dalam membangun budaya internet sehat. Kedua institusi pemerintah ini tidak boleh lalai," ujarnya.

Selain itu, Mahfudz juga meminta media massa untuk berhati-hati dalam mengemas pemberitaan mengenai bisnis prostitusi online. Kesalahan dalam mengemas berita, kata Mahfudz, justru akan membuka informasi pada masyarakat luas untuk mengakses jasa-jasa tersebut.

"Karena informasi tentang fakta ini juga bisa berdampak negatif," ucapnya.

Secara terpisah, Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Agatha Lily, menuturkan bahwa KPI menemukan sejumlah muatan yang tidak etis untuk diberitakan terkait praktik prostitusi online. Dalam hal ini, KPI mendorong agar pemberitaan mengenai bisnis prostitusi tidak disiarkan terlalu detail.

"Bahkan terdapat media yang menampilkan contoh pemasaran PSK melalui media sosial dengan kata-kata yang sangat vulgar," ucap Agatha.

Ia mengaku memahami fungsi media massa dalam melakukan kontrol sosial. Tetapi untuk pemberitaan kasus prostitusi, Agatha berharap media massa dapat lebih mengemasnya secara bijaksana. Selain itu, masyarakat juga ia dorong untuk ikut mengawasi konsumsi tayangan media massa minimal dalam keluarganya sendiri.

"Mengupas praktik prostitusi secara detail dapat menyebabkan masyarakat mencontoh perilaku yang tidak baik," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Megapolitan
Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Megapolitan
Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Megapolitan
Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com