Tim DVI ini spesifik bertugas untuk menemukan identifikasi jenazah tak dikenal. Bisa korban ledakan seperti kala bom Bali, atau seperti mencari identitas pria yang jatuh di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Jumat (1/5/2015) sore. Pria yang terjatuh dengan kondisi terbakar itu, saat ini belum diketahui identitasnya.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak mengatakan, ada tiga hal yang dibutuhkan polisi untuk mengidentifikasi secara primer. “Hal itu adalah sidik jari, gigi geligi, dan DNA,” kata Musyafak beberapa waktu lalu.
Mengacu pada kasus pria jatuh di SUBGK, polisi kesulitan karena kondisi tubuh korban yang terbakar, sehingga sidik jarinya rusak. Namun, masih ada dua hal lainnya yakni gigi geligi dan DNA. Namun, proses identifikasi membutuhkan waktu. Maka, hingga saat ini tim DVI masih bekerja untuk mengidentifikasi pria itu.
Musyafak menjelaskan, DVI merupakan bagian dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan yang berfungsi untuk mengidentifikasi korban secara ilmiah. Sebab, merupakan hak asasi setiap manusia untuk teridentifikasi.
"Prosedur untuk mengidentifikasi harus dapat dipertangungjawabkan secara sah hukum dan dilaksanakan ilmiah," kata dia.
Musyafak menjelaskan, proses identifikasi polisi memiliki standar internasional. Sehingga, hasil identifikasi dapat diakui di seluruh dunia. “Ada standar intelpol untuk mengidentifikasi, ilmunya sama di mana-mana,” kata dia.
Identifikasi korban berguna untuk proses penyidikan jika itu mengacu kepada sebuah kasus. Tujuan lainnya, kata Musyafak, mungkin adalah untuk memperoleh asuransi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.