Selain bus sekolah, Syahroni juga menginginkan adanya jalur aman sekolah. Jalur tersebut merupakan sebuah jalan khusus untuk anak-anak yang berada di lingkungan sekolah. Selain itu, tiap-tiap sekolah juga harus dilengkapi dengan zona penyeberangan anak.
Syahroni mengatakan, KPAI telah mengajukan hal tersebut kepada Pemerintah Kota Bekasi. Sampai saat ini, Pemerintah Kota Bekasi masih melakukan kajian terhadap usul-usul tersebut termasuk ide angkutan sekolah. Dinas Perhubungan Kota Bekasi akan mengkaji sejauh apa kesiapan jalur yang akan digunakan untuk angkutan tersebut.
Syahroni mengatakan permasalahan jalur harus dipikirkan matang-matang. Dia mengaku tidak berharap angkutan sekolah mampu melayani para murid di seluruh Kota Bekasi. Akan tetapi, kata dia, minimal angkutan itu bisa melayani beberapa jalan yang memang terdapat banyak sekolah.
Salah satunya adalah Jalan Agus Salim, di sana terdapa beberapa sekolah seperti SMPN 3 Bekasi, SMPN 1 Bekasi, SMPN 18 Bekasi, dan SMAN 1 Bekasi. Selain memperhatikan persoalan jalur, Syahroni juga mengingatkan aspek keamanan dalam angkutan juga harus diperhitungkan. Jangan sampai, angkutan tersebut justru menjadi tempat terjadinya praktik bully di kalangan siswa.
Dia pun mengungkapkan idenya dengan memberikan pengawas dalam angkutan tersebut. Supaya para murid bisa terjamin keamanannya sampai di sekolah masing-masing. "Bus sekolah jangan malah jadi tempat bully juga. Bukan hanya pengemudi tapi juga harus ada pengawas di situ," ujar Syahroni.
Untuk diketahui, jumlah murid yang duduk di sekolah dasar menurut data pada tahun 2013 ada sekitar 130.000 anak. Sementara murid yang duduk di bangku menengah pertama ada 96.048 anak. Kemudian, murid yang duduk di bangku menengah ke atas ada 27.581 anak. Jumlah tersebut, kata Syahroni, dipastikan sudah bertambah banyak.