Setelah ditelusuri, polisi melihat ada tersangka yang terlibat dalam kasus hilangnya Hayriantira. Namun, saat itu mereka belum bisa memastikan siapa pembunuhnya. Seiring berjalannya waktu, muncul nama AK, yakni teman dekat korban. Saat menyambangi rumah AK, polisi mencurigai karena ada mobil milik Hayriantira di dalam garasi.
"AK menyebut didapat dari korban karena ada urusan bisnis," kata Krishna.
Namun, saat ditanya di mana Hayrianti, AK menyebut tidak tahu. Setelah itu, polisi akhirnya mengusut temuan tersebut berdasar nomor polisi mobil. "Ternyata ditelusuri di showroom, ada pengambilan BPKB dengan atas nama AK tadi," kata Krishna.
Tak sampai di situ, ternyata ada temuan lain, yakni pengambilan dengan tanda tangan Hayriantira pada Februari 2015. Tanda tangan tersebut kemudian dibawa ke Labforensik Polri. "Hasil Labfor keluar pada 28 Mei 2015 dan hasilnya tidak identik," jelas Krishna.
AK baru bisa ditangkap setelah pemeriksaan saksi dan lainnya pada 9 Juli 2015. Selama pemeriksaan, AK tak mau mengaku bahwa ia telah membunuh Hayrianti. "Setelah didekati, akhirnya tersangka mengaku bahwa telah membunuh pada 30 Oktober 2014," kata Krishna.
Subdit Jatanras Polda Metro Jaya kemudian mencocokkan dengan temuan mayat di Hotel Cipaganti pada tanggal tersebut. Ternyata, hasilnya benar bahwa ada penemuan mayat tanpa identitas pada 31 Oktober 2014. Belakangan diketahui bahwa mayat tersebut atas nama Hayriantira.
Pihak keluarga telah mencari Hayriantira sejak perempuan tersebut menghilang, tetapi mereka tidak menemukan hasil. Akhirnya mereka melapor ke polisi pada 14 April 2015. Saat hilang, Hayriantira bekerja sebagai asisten Presiden Direktur XL yang dipimpin oleh Hasnul Suhaimi. Saat ini jabatan presiden direktur dipegang oleh Dian Siswarini.
Setelah ditelusuri, akhirnya Hayriantira dinyatakan dibunuh oleh teman dekatnya, AK, pada Kamis (30/10/2014) di Garut, Jawa Barat. Saat ini motif AK sudah diketahui, yakni karena persoalan pribadi.