Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Membuat Pengojek Basis Aplikasi Bisa Raup Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 08/08/2015, 12:29 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pengojek berbasis aplikasi mengaku bisa mendapatkan penghasilan cukup besar per bulannya. Sistem komisi yang diterapkan perusahaan ojek berbasis aplikasi menjadi salah satu keuntungan bagi para pengojek.

Namun, satu poin yang tidak boleh dilupakan adalah mengenai bonus. Perusahaan ojek berbasis aplikasi menerapkan bonus bagi para pengojek jika bisa memenuhi target mereka dalam sehari.

Jumlah bonus tersebut bervariasi, bahkan penghasilan dari bonus bisa melebihi penghasilan dari komisi para pengojek melalui tiap order yang mereka kerjakan.

"Penambahan jumlah bonus itu di luar dari kenaikan jumlah order yang diterima oleh biker untuk menghasilkan pendapatan mereka," kata Head of Marketing Grab Taxi yang juga menaungi Grab Bike, Kiki Rizki, Sabtu (8/8/2015).

Sistem bonus di Grab Bike sendiri diterapkan selain untuk memberi apresiasi kepada pengojek yang rajin, juga untuk mengingatkan kepada pengojek agar selalu menerapkan standar keamanan dalam berkendara.

Karena itu, bonus tidak serta-merta didapat jika mengambil banyak order, tetapi juga terkait bagaimana pengojek memberikan servis kepada konsumennya.

Dengan demikian, tidak heran jika seorang pengendara ojek bisa mendapatkan penghasilan hingga jutaan rupiah, seperti yang dirasakan oleh Igin Hendriawan (31), pengendara Grab Bike.

Pria asal Kuningan, Jawa Barat, ini mengumpulkan uang sampai mendapat penghasilan bersih sebesar Rp 40 juta dalam kurun waktu dua bulan. (Baca: Kumpulkan Rp 40 Juta, Pengojek Ini Beli Dua Ekor Sapi)

KOMPAS.com/Tangguh SR Suasana pangkalan transit atau bayangan bagi pengendara Go-Jek di  Jalan Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (31/7/2015).
Perusahaan ojek berbasis aplikasi lainnya, PT Go-Jek Indonesia, menerapkan penilaian langsung terhadap pelayanan pengojek Go-Jek yang dilakukan oleh konsumen melalui aplikasinya.

Jika telah selesai menggunakan jasa Go-Jek, akan muncul tampilan bintang-bintang yang bisa diisi sebagai indikator seberapa tinggi tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan si pengojek. (Baca: Cara Manajer yang "Resign" Jadi Tukang Ojek agar Tetap "Bergaji" Manajer)

Promosi

Dua perusahaan ojek berbasis aplikasi yang cukup getol di Jakarta tersebut juga berlomba-lomba menawarkan harga promosi kepada para konsumen.

Promosi yang diberikan juga terhitung sangat murah, yakni dari Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Langkah tersebut dianggap sepadan karena pelayanan ojek sedikit demi sedikit mulai ditingkatkan dan dikemas agar menarik bagi masyarakat. (Baca: Tanpa Tarif Promosi, Apakah Go-Jek Masih Akan Terus Diminati?)

"Kami tidak segan berinvestasi guna memperbaiki situasi transportasi publik yang mana dalam jangka panjang akan menguntungkan masyarakat," tutur Kiki.

Sebelumnya, CEO PT Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim mengajak semua pelaku usaha di bidang ojek di seluruh Indonesia untuk bersama-sama memperjuangkan agar ojek dapat dilegalkan sebagai angkutan umum.

Caranya adalah dengan mengajukan usulan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ke DPR RI.

Kompas Video Problematika Go-Jek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com