"Masa sih kita jadi provokator? Masa kita yang ingin kemarin itu ricuh? Kita justru ingin semuanya lancar saja. Kemarin itu saya bilang kalau saya bukan pembuat kebijakan yang bisa menunda penggusuran," kata Sofyan kepada Kompas.com, Senin (24/8/2015).
Sofyan mengatakan, pembongkaran Kampung Pulo sudah tercantum dalam surat perintah agar bisa dilaksanakan pada hari itu sehingga saat itu bukan saatnya lagi untuk bernegosiasi.
Lagi pula, Sofyan selaku camat, tidak bisa menunda jalannya pembongkaran jika permintaan warga dituruti. Bukan dia yang memiliki kapasitas untuk menunda hal itu.
"Jadi, yang saya katakan itu, bahwa saya bukan pembuat kebijakan, saya tidak bisa memutuskan sehingga tidak bisa lagi bernegosiasi," ujar dia.
Setelah penolakan itu, kata Sofyan, kericuhan mulai terjadi. Warga mulai melempari aparat dan pihak pemerintah dengan batu-batu. Sofyan mengatakan, semua itu tidak pernah mereka inginkan. (Baca: Eky Pitung: Ucapan Camat Jatinegara Picu Kericuhan Kampung Pulo)
Sebelumnya, M Rifqy atau yang akrab disapa Eky mengatakan, kericuhan yang terjadi pada saat pembongkaran di Kampung Pulo justru berasal dari Pemerintah Provinsi DKI, yaitu Camat Jatinegara Sofyan Taher. Sebab, kata Eky, ucapan Sofyan-lah yang menyebabkan kericuhan pecah.
"Waktu itu, warga sedang bernegosiasi dengan polisi. Ada lurah juga saat itu. Kita kan kepinginnya duduk bareng supaya jangan dulu ada pembongkaran. Warga masih berupaya untuk mempertahankan rumahnya. Tapi, tiba-tiba camat bilang, 'Sikat saja. Enggak perlu ada negosiasi lagi'. Itu yang akhirnya memicu kemarahan warga," kata Eky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.