Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Rusun Jatinegara Barat, Satu Kamar Dihuni Lebih dari 10 Orang

Kompas.com - 26/08/2015, 08:45 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu yang membuat warga Kampung Pulo tidak menerima relokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat adalah jatah unit rusun yang dipukul rata tanpa peduli seberapa luas rumah mereka sebelumnya. Salah satu warga yang mengalami hal itu adalah Latifah.

"Waktu di Kampung Pulo, rumah saya itu 70 meter persegi-lah kira-kira. Dua tingkat. Kamarnya ada delapan, di atas empat kamar, di bawah empat kamar juga," ujar Latifah di Rusunawa Jatinegara Barat, Selasa (25/8/2015).

Latifah mengatakan, rumah lamanya itu dihuni oleh empat keluarga. Memang ada 4 KK yang tercatat tinggal di rumah tersebut. Empat keluarga itu adalah keluarganya, dan tiga keluarga dari tiga anaknya yang sudah membuat KK terpisah.

Jika dijumlahkan, kata Latifah, jumlah orang yang menghuni rumah tersebut ada 12 orang dewasa dan juga anak-anak kecil yang merupakan cucunya. Rumah itu tercatat atas nama Latifah.

Hal tersebut berdampak ketika pembongkaran jadi dilakukan. Keluarga besar Latifah hanya mendapatkan satu unit rusun berukuran 6x5 meter persegi. Sebanyak 12 penghuni rumah harus menempati unit rusun dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari pada rumahnya.

"Akhirnya satu anak saya ngalah. Dia cari kosan sendiri. Sekarang tinggal 9 yang tinggal di rusun, itu juga masih desek-desekan," ujar Latifah.

Hanya ada dua kamar berukuran 2x2 meter persegi di unit tersebut serta ruang serbaguna yang ada di depan. Kala malam tiba, mereka membagi-bagi lokasi istirahat mereka.

Biasanya, tiap ruangan diisi oleh 3 orang. Karena berisi 9 orang, baju-baju yang dijemur pun sangat banyak. Sedangkan tempat menjemur yang disediakan hanyalah balkon berukuran 1x1 meter. Alhasil, beberapa baju pun dijemur di atas kamar.

"Tidak ada pilihan lain". Hanya itu yanh diucapkan Latifah. Latifah mengingat, rumah yang dia tempati di Kampung Pulo merupakan rumah turun temurun dari orangtuanya. Saat dia masih kecil, rumah itu masih beralaskan tanah.

Kini, dia kehilangan rumahnya begitu saja tanpa ada penggantian apa-apa. Belum lagi, dia harus membayar uang sewa rusun. Hal yang belum pernah dia alami di rumah sebelumnya.

"Ya udah kalau enggak diganti tanah. Enggak papa deh. Tapi minimal ganti uang bangunannya aja. Soalnya kan ibu ngebangunnya juga susah," ujar Latifah.

Di depan unit rusun milik Latifah masih terhampar banyak barang-barang. Latifah mengatakan, barang-barang tersebut tidak muat lagi dimasukan ke dalam unit rusun. Jika dipaksa masuk, maka tidak ada ruang untuk mereka beristirahat.

"Akhirnya ditaruh di luar ajalah. Gimana lagi, keluarganya aja 3 KK di sini. Perabotannya banyak. Ini juga belum semuanya, masih banyak barang yang besar-besar masih ditinggal di rumah tetangga yang engga kena gusur. Habis gimana ya, mau dibawa ke sini juga enggak ada tempatnya," ujar Latifah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Ketua Kelompok Tani KSB Dibebaskan Polisi Usai Warga Tinggalkan Rusun

Megapolitan
Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Megapolitan
Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Megapolitan
PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

Megapolitan
Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA: Edukasi Anak sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com