Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Menjadi Korban Digusurnya Sekolah Master

Kompas.com - 05/09/2015, 13:34 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Selama ini, keberadaan Sekolah Master yang berdampingan dengan Terminal Depok, Jawa Barat, sangat membantu mereka menuntut ilmu. Mereka adalah anak-anak kurang mampu yang masih memiliki semangat untuk belajar. Tergusurnya sejumlah kelas di sekolah itu membuat satu per satu muridnya pergi.

Kebanyakan dari mereka adalah para anak jalanan. Marwan salah satunya. Bocah 13 tahun yang sekarang duduk di Kelas Cerdas II (kelas VIII SMP) di Sekolah Master, melihat teman-temannya mulai jarang masuk setelah sebagian bangunan kelas mereka diratakan dengan tanah. Marwan dan temannya yang tersisa kini belajar di kontainer yang ada di bagian belakang sekolah.

"Saya sedih, jadi berantakan juga (siswanya) sekarang, pada enggak disiplin. Dulunya bagus," kata Marwan kepada Kompas.com, di Sekolah Master, Depok, Sabtu (5/9/2015).

Marwan mengatakan, semenjak kelasnya dibongkar, murid-murid di Sekolah Master terlihat berkurang. Dulu sebelum dibongkar, setidaknya ada 70 orang siswa dan siswi. Sekarang, hanya terlihat sekitar 30 siswa di ruang kelasnya.

"Semenjak itu dibongkar pada cabut. Banyak yang jarang masuk. Saya kurang tahu kenapa," kata Marwan.

Marwan merupakan anak petani di Ngawi, Jawa Timur, dan merantau ke Depok ikut sang kakak yang menjual catur. Dia merasa sangat bersyukur bisa bersekolah di Sekolah Master.

"Dulu waktu datang sama kakak ke sini saya bandel, lupa waktu. Terus saya diajak ke sini cari pengalaman," ujar Marwan.

Penggusuran bangunan sekolahnya membuatnya sedikit terpukul. Sebab, Sekolah Master telah membuat ia mencintai pendidikan, seperti teman-temannya yang lain.

Meski tidak mendapat ranking di kelasnya, Marwan bercerita, salah satu teman kelasnya bernama Rike adalah siswa dengan ranking 1 di kelas. Teman-teman lainnya, lanjut Marwan, ada juga yang menjadi siswa berprestasi dari sekolah itu.

"Rike bisa semua (pelajaran). Saudara saya juga di sini namanya Reza, dari kelas IV SD itu ranking 1 dan 2 melulu. Tapi sekarang sudah pindah ke SMP Setia Negara. Dia pindah dapat beasiswa dari Sekolah Master ini," cerita Marwan.

Rivaldi, siswa lain kelas VII di SMP Sekolah Master adalah anak seorang pedagang jajanan kecil di Sekolah Master. Rivaldi juga sedih dengan penggusuran itu. Bahkan, siswa kelas VII seperti dia kini tidak memiliki ruang kelas lagi.

"Kita sekarang belajar di masjid di belakang sana. Penginnya ada kontainer baru biar agak lega belajarnya nyaman," ujar Rivaldi. (Baca: Sekolah Master: Pemerintah Seharusnya Melindungi)

Rivaldi termasuk anak yang berprestasi di Sekolah Master. Ia sempat mendapatkan ranking 1 di kelas IV SD dan ranking 3 di kelas VI SD-nya.

"Di sini ada juga yang dikirim ke luar negeri, kemarin baru-baru ini ada yang diberangkatin ke Korea," ujar Rivaldi.

Cerita tentang siswa berprestasi dari Sekolah Master mengingatkan akan Dodo alias Dzulfikar Akbar Cordova. Dodo yang sempat menjadi anak jalanan dengan mengamen dan bersekolah di Sekolah Master itu akhirnya lulus masuk di Universitas Indonesia dengan nilai memuaskan.

Namun, kegiatan menuntut ilmu di sekolah ini sedang "terusik" dengan adanya penggusuran. Sebanyak 12 dari 25 kelas Sekolah Master dibongkar untuk pengembangan terminal terpadu. Janji melalui kesepakatan untuk membangun kelas sebelum menggusur oleh Pemerintah Depok dan pengembang dianggap pihak sekolah telah diingkari. (Baca: Wali Kota Depok Jamin Sekolah Master Tidak Akan Digusur)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com