denyut di jantungmu kota
pusat gelisah dan tawa
dalam selimut debu dan kabut
yang hitam kelam warnanya...
Lagu berjudul "Balada Sejuta Wajah" yang juga menjadi judul acara, itu menutup kenduri Sastra Reboan yang berlangsung pada Rabu, 4 November 2015, pukul 20.00 hingga 23.00 WIB di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Lagu yang syairnya ditulis oleh Theodore KS dan dinyanyikan oleh God Bless, menjadi pelengkap sempurna acara yang berlangsung sepanjang tiga jam.
Acara sastra bulanan "Reboan" kali ini memang membahas balada pada dunia musik dan sastra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, balada adalah sajak sederhana yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan, kadang-kadang dinyanyikan, kadang-kadang berupa dialog.
Itulah sebabnya, acara ini pun berisi perkisahan melalui puisi dan musik yang bercerita tentang manusia, kota, dan juga tentang hutan yang terbakar. Tentu saja, agar dalam penceritaan0 tidak membosankan, maka dibawakan melalui penuturan oleh mereka yang selama ini bergelut di dunia musik balada seperti Ully Sigar Rusadi, Dima Miranda, Tony Q, Imam Mahendra, Teguh Esha, Slamet Widodo, Amien Kamil, Chopa, Violi Faisal, Aries Tanjung, Uki Bayu Sedjati, Cunong, Aini Sekar Arum, Devina, dan dipandu oleh MC Herwin Alright.
Dibuka oleh nyanyian Imam Mahendra yang membawakan lagu "Perjalanan" karya Yudhistira Massardi dan Franky Sahilatua, penonton diajak mengenangkan kejayaan lagu balada di tahun 70an saat kakak beradik Franky dan Jane Sahilatua merajai blantika musik Indonesia.
Panggung yang temaram kian mendukung suasana yang dibangun oleh vokal Imam Mahendra yang mirip dengan vokal Franky Sahilatua. Suasana sendu itu langsung berubah penuh tawa saat penyair gleyengan Slamet Widodo muncul membacakan puisi karyanya sendiri berjudul "Äsu" yang penuh canda.
Suasana akhirnya berubah saat Teguh Esha muncul. Teguih tampil bersaja, tapi tidak mengurangi kegarangannya saat menyoroti ketimpangan yang terjadi. Tanpa iringan musik, Teguh menyanyikan sebuah lagu berjudul Äli Topan Anak Jalanan"tanpa iringan musik. Lagu yang pernah dibawakan oleh Franky & Jane itu pun mengingatkan kita pada novel karya Teguh yang sangat populer di tahun 70an.
Waktu terus bergulir, penonton terus berdatangan. Ully Sigar Rusadi tampil dengan gitar warna hitam. Namun sebelum menyanyikan tiga lagu karyanya, Ully sempat memaparkan pengertian musik balada. Menurut Ully, ada tiga jenis musik balada. Yang pertama adalah Balada Rakyat, yang merupakan kesenian kuno (lama) berupa puisi atau nyanyian rakyat yang universal.
Kedua, adalah Balada Kreasi/Balada Etnis. Pada jenis ini bentuk penyajiannya diiringi oleh banyak alat musik etnis seperti gendang, bedug, kecapi, biola dan instrumen musik lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Ketiga, Balada Pop Liris. Pada jenis ini, syair atau lirik lagu harus lebih kuat dari musiknya. Biasanya mengungkapkan rasa cinta, haru, kecewa, patah hati, dan sebagainya.
Penampilan Ully masih tetap seperti tiga dekade lalu. Penuh tenaga dan menggetarkan.
Acara kian hangat saat Dima Miranda menyanyikan dua lagu karyanya sendiri, disusul oleh Amien Kamil yang membacakan dua puisi karyanya sendiri.
Dan suasana pun benar-benar "pecah" saat giliran Tony Q tampil di panggung. Penyanyi berambut gimbal beraliran musik regeae itu langsung memimpin para penggemarnya mengawali tampilannya dengan lagu "Öm Funky". Begitulah, sepanjang empat lagu yang dibawakan Tony, seisi ruangan Warung Apresiasi penuh dengan koor para penggemar Tony yang datang dari beberapa wilayah Jabodetabek.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.