Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekarang Gaji Guru Tidak Bisa untuk Beli Emas 10 Gram Kayak Dulu"

Kompas.com - 25/11/2015, 14:30 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Peringatan Hari Guru Nasional 2015 yang jatuh pada hari ini, Rabu (25/11/2015), bisa jadi yang terakhir kalinya diikuti Surnaya.

Guru asal Yogyakarta berusia 60 tahun ini akan pensiun lima hari lagi, tepatnya pada 1 Desember mendatang.

Dalam perjalanannya mengajar sejak 1976, Surnaya menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang dinilainya signifikan.

Baik perubahan terhadap anak didiknya, lingkungan sekolah, dan hal-hal di luar sekolah yang masih berhubungan dengan tugasnya sebagai guru serta kepala sekolah belakangan ini.

Surnaya bersama 175 guru asal Yogyakarta lainnya ditugaskan mengajar di sekolah-sekolah negeri di Tangerang. (Baca juga: Mengenal Lenguing Ajang, Sosok Guru di Perbatasan RI-Malaysia)

Masih lekat di ingatannya ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di Tangerang, tepatnya di wilayah Jatake.

Lingkungan Tangerang ketika itu masih asri dan lekat dengan kesan pedesaan. Murid yang diajar pun tergolong banyak. Dalam satu kelas, Surnaya bisa mengajar hingga 40 murid.

"Banyak sekali muridnya, berbeda sama sekarang, satu kelas paling hanya 15 sampai 20-an murid," kata Surnaya saat ditemui Kompas.com di SD Negeri Cijantra II, Desa Cijantra, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/11/2015).

Kesejahteraan guru saat ini

Pria yang kental dengan logat Yogyakarta itu lantas mengenang pengalaman mengajarnya di masa lalu.

Menurut dia, Tangerang waktu itu lebih baik dibandingkan dengan Tangerang saat ini. Misalnya saja tempat bermain anak-anak yang kini semakin terbatas di Tangerang.

Senada dengan Surnaya, guru lainnya, yakni Panut Sukowati (59) menilai kesejahteraan guru tidak lebih baik dibandingkan dengan masa lalu. (Baca juga: Gaji Rp 200.000 Per Bulan, Ibu Guru Juga Jadi Tukang Ojek dan Buruh Setrika)

Panut masih ingat, pada 1980-an, gaji yang diterimanya kurang lebih Rp 16.000. Dengan gaji Rp 16.000, saat itu Panut masih bisa berinvestasi dengan membeli emas 10 gram. 

"Sekarang gaji saya tidak bisa untuk beli emas sampai sepuluh gram kayak dulu. Guru itu gajinya memang berkecukupan, tetapi sering keduluan sama harga barang yang tiba-tiba naik. Jadi, waktu guru mau mengajukan kenaikan gaji, harga-harga barang sudah naik duluan," tutur Panut.

Baik Surnaya maupun Panut kini sama-sama bertugas di SD Negeri Cijantra II, sebuah sekolah yang keberadaannya terhimpit pembangunan di sekitarnya.

Sekolah yang terhimpit pembangunan

Lokasi SD Negeri Cijantra berada persis di belakang cluster Greenwich Park, BSD City.

Jika menuju SD Negeri Cijantra II, akan terlihat pembangunan rumah di sebelah kiri dan kanan jalan. (Baca: Akali Gaji Rp 150.000, Guru Harpin Berjualan Tahu dalam Perjalanan ke Sekolah)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com