JAKARTA, KOMPAS.com - Kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang diduga dibajak oleh kelompok milisi Abu Sayyaf di wilayah Filipina berisi ribuan ton batubara milik PT Antang Gunung Meratus.
"Kita sebagai pemilik batubaranya, ada sekitar 7500 ton jumlah batubara," kata Direktur PT Antang Gunung Meratus, Eric Rahardja, kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Ia menuturkan, rencananya batu bara itu akan dikirim ke pembeli yang berlokasi di Filipina dan sampai tujuan pada pertengahan April. Bila dinominalkan batubara tersebut dinilai seharga 300.000 dollar AS atau setara dengan Rp 3,9 miliar.
Meski begitu, pihaknya tetap akan memprioritaskan keselamatan 10 awak kapal yang masih ditawan kelompok Abu Sayyaf tersebut. Sementara untuk batubaranya, PT Antang Gunung Meratus akan menyesuaikan dengan perjanjian yang telah dibuat bersama pihak-pihak terkait.
Eric melanjutkan, sebenarnya ini bukan pertama kali PT Antang Gunung Meratus menggunakan jasa PT Patria Maritime Lines dalam menyewa kapal, dan mengirimkan barang ke Filipina. Selain itu, jalur tersebut memang rutin dilalui oleh kapal-kapal yang akan berangkat dari Kalimantan ke Filipina.
"Ini musibah ya. Mungkin mereka berlayar terlalu dekat dengan daratan atau kurang ke tengah-tengah. Tapi intinya kita harapkan yang terbaik," sambungnya.
Melalui peristiwa ini, ia berharap otoritas setempat meningkatkan keamanan pengiriman barang.
"Entah itu rute, cara berlayarnya, waktunya, atau tidak usah pakai tongkang lagi tapi pakai kapal besar, itu harus dinilai lagi," ujarnya.
Pembajakan dan penyanderaan 10 warga negara Indonesia oleh kelompok milisi yang mengatasnamakan Abu Sayyaf diduga merupakan perampokan. Kelompok tersebut meminta tebusan sebagai ganti agar para sandera tersebut dibebaskan.
"Kalau dilihat motifnya adalah mereka meminta uang. Jadi motifnya adalah motif perampokan dengan meminta tebusan uang," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kantor Sekretariat Kabinet, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Menurut Pramono, belum diketahui pasti apakah uang tebusan itu digunakan hanya untuk kepentingan mereka sendiri atau digunakan untuk kepentingan kelompok milisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.