Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Terindah Bung Karno di Pasar Ikan

Kompas.com - 11/04/2016, 15:18 WIB

Oleh Saiful Rijal Yunus & Windoro Adi


"... Kawasan itu disesaki kios-kios yang menjual hasil laut. Airnya kotor. Daun-daunan, kepala ikan, dan sampah terapung di permukaan air. Bau amis dari ikan mati memenuhi udara. Namun, selagi aku dibantu menaiki anak tangga dari batu yang menuju ke daratan, aku berpikir, 'Inilah pemandangan paling indah yang pernah kulihat dalam hidupku'," ucap Bung Karno.


BEGITULAH impresi presiden pertama RI pada tahun 1942, sesampainya di Pasar Ikan. Soekarno, bersama istrinya, Inggit, dan delapan orang lainnya, baru tiba di tanah Jawa untuk pertama kali, sepulang dari pengasingan 13 tahun lamanya. Kisah ini ditulis Cindy Adams, dalam bukunya Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966).

Dalam kisahnya, Bung Karno dan rombongan berlayar selama empat hari empat malam dari Palembang. Menggunakan perahu yang panjangnya 8 meter dengan sebuah mesin kecil, mereka berlayar ke Pulau Jawa.

Di Pasar Ikan ini pula, Bung Karno dan Hatta bertemu lagi. Hatta datang bersama Sartono, seorang pengacara yang pernah membantu Soekarno. Anwar Cokroaminoto, mantan ipar Soekarno, datang pula.

Di tempat itu, mereka membahas soal pendudukan Jepang dan membuat langkah membangkitkan kembali semangat nasionalisme rakyat.

Kembali ke soal Pasar Ikan di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), Bung Karno mengatakan, "Selintas pandang terhadap tanah tumpah darahku yang tercinta tampak melalui teluk dari laut Jawa. Petang itu udara panas terik dan kami bergerak melewati iring-iringan perahu penangkap ikan dan sampan-sampan nelayan yang berbau anyir, di luar akuarium yang dibuat di dalam dok dan pelabuhan Pasar Ikan yang begitu sempit, hingga tidak mungkin dua perahu berpapasan."

Setelah 74 tahun, kondisi Pasar Ikan masih kumuh dan kian sesak oleh ratusan rumah yang terbangun di atas kali. Dari Menara Syahbandar, perkampungan di Pasar Ikan tampak saling impit.

Memandang ke arah laut, kapal-kapal kayu di Pelabuhan Sunda Kelapa berjejer bongkar muat. Di seberangnya, dua blok apartemen menjulang. Tampak pula dua menara Masjid Luar Batang berdiri megah.

Sisi barat dan timur

Menurut pemerhati Kota Tua, Candrian Attahiyat, awalnya hanya ada satu nama di sana, Pasar Ikan. Di sisi barat tempat sandar kapal-kapal nelayan, sedangkan di sebelah timur menjadi tempat sandar kapal pengangkut barang. "Nama Pelabuhan Sunda Kelapa itu baru muncul tahun 1970-an," ujar anggota staf ahli cagar budaya Pemprov DKI itu.

Sisi timur yang kemudian dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa itu lebih dulu berkembang, terutama setelah abad ke-16, sedangkan sisi barat mulai berkembang setelah abad ke-18, yaitu setelah berdirinya Masjid Luar Batang diikuti berdirinya tempat pelelangan ikan, pasar ikan heksagon, dan akuarium tempat laboratorium penelitian kelautan pemerintah Hindia Belanda.

Penghuni awal Pasar Ikan, lanjut Candrian, adalah orang-orang Jawa pesisir, yakni Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Mereka bekerja sebagai para penggali tanah. "Mereka yang datang lalu memilih jadi nelayan," ungkap Candrian.

Adolf Heuken SJ dalam bukunya, Mesjid-mesjid Tua di Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta loka Caraka, 2003), menulis, permukiman orang-orang Cirebon di sekitar Luar Batang mulai tumbuh tahun 1730. Mereka bertugas membersihkan mulut Kali Ciliwung dari lumpur agar kapal sampai ke Pasar Ikan.

Orang-orang Bugis, lanjut Candrian, baru bermukim secara masif di kawasan Pasar Ikan tahun 1965. Mereka datang sebagai pelaut. Kapal pinisi mereka bersandar di sisi timur, yang kini dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa. "Mereka bermukim di barat, tetapi kapal-kapal mereka sandar di timur," ujar Candrian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com