Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguasaan oleh Pengembang Bikin Warga Sulit Punya Lahan di Jakarta

Kompas.com - 21/04/2016, 19:19 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, menilai, pembangunan di DKI Jakarta tidak terlepas dari perebutan penguasaan lahan oleh para pengembang.

"Persoalan yang paling mendasar pada pembangunan Jakarta adalah pada kontes (atau) rebutan aspek penguasaan lahan atau ruang," kata Yayat dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (21/4/2016).

Perebutan itu tidak hanya dilakukan untuk menguasai daratan, tetapi juga pantai Jakarta. Dalam konteks itulah persoalan reklamasi muncul.

"Ketika terjadi persoalan reklamasi, dasar utamanya itu kebijakan pemerintah tahun 1993 ketika keluar paket ekonomi Oktober, memberikan regulasi kepada sektor perbankan dan properti, dan itu awal munculnya fenomena rebutan lahan.... Tidak hanya daratnya, tetapi pantainya pun kelihatannya menarik. Munculnya investasi water front city di pantai Jakarta ini sebagai bagian dari investasi ke depan," ujar Yayat.

Akibatnya, dalam beberapa tahun ke depan, ruang-ruang di Jakarta akan dikuasai pengembang. Masyarakat kecil akan semakin kesulitan mendapatkan lahan.

"Dalam waktu 2-4 tahun ke depan, hampir satu setengah kali luas Jakarta, area lahan di Jabodetabek, hampir dikuasai pengembang. Begitu kencang kekuasaan modal, kuasa atas ruang, untuk hanya dikembangkan oleh beberapa pengembang. Kalau misalnya yang besar-besar merebut ruang, bagaimana dengan masyarakat kecil?" tutur Yayat.

Masyarakat akan semakin kesulitan memiliki lahan di Jakarta. Sebab, harga lahan semakin mahal akibat perebutan lahan oleh pengembang itu.

"Mimpi rasanya bisa membuat rusun untuk warga miskin di Sudirman, di segitiga emas. Harganya saja Rp 80 juta per meter. Harga rumah yang demikian mahal membuat warga tidak punya pilihan lain.... Di situ terjadi penguasaan masyarakat, mendiami lahan negara yang bisa dikatakan negara tidak merawat dan memeliharanya," kata Yayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com