Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wagub Djarot: Kasus Kekerasan Seksual Tragedi Mei 1998 Sulit Terungkap

Kompas.com - 14/05/2016, 20:32 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi pada 14 Mei 1998 tidak hanya mengenai peristiwa penjarahan yang menyebabkan jatuhnya ratusan korban tewas. Hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) 1998 menyebutkan, saat itu banyak terjadi kasus pelecehan dan kekerasan seksual dialami oleh kaum wanita, khususnya etnis tionghoa.

Menanggapi persoalan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengakui sulitnya mengungkap kasus tersebut. Menurut dia, banyak korban kekerasan seksual pada peristiwa Mei 1998 memilih menghindar bila kasusnya diangkat ke publik.

"Kalo kekerasan seksual itu susah. Siapa yang jadi (korban) kekerasan seksual, Siapa? Susah. Biasanya mereka tidak mau mengaku. Barangkali mereka sudah keluar dari Indonesia," kata Djarot, usai menghadiri peringatan tragedi Mei 1998 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Sabtu (14/5/2016).

Saat ini, kata Djarot, langkah terbaik yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki taraf hidup bagi keluarga korban.

"Kehilangan putra-putri mereka yang jadi korban. Jangan sampai orangtuanya juga kehilangan untuk mendapat kehidupan lebih baik," ujar Djarot. (Baca: Pemerintah Dituntut Selidiki Pemerkosaan Massal Mei 1998)

Menanggung biaya makam

Ia pun meminta agar Komnas HAM dan Komnas Perempuan mengumpulkan data-data keluarga korban. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjanji akan menindaklanjuti laporan itu.

"Seluruh makam anggota keluarga yang menjadi korban itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan tanggung jawab kami. Termasuk juga batu nisan, perawatan (makam) seterusnya, dan pajak," kata Djarot.

Tidak hanya itu, ia pun meminta adanya pendataan tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi para keluarga korban. Sehingga pemprov DKI Jakarta bisa memetakan persoalan dan membantu kehidupan mereka.

Seiring upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, Djarot juga meminta Komnas Perempuan tetap menjalankan tugasnya dalam menguak fakta-fakta pada tragedi Mei 1998.

Sebelumnya, Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Yuniyanti Chuza, sempat menyinggung soal temuan TGPF. (Baca: Wakil Gubernur DKI Janji Beri Bantuan kepada Korban Mei 1998)

"Laporan TGPF menyebut adanya perempuan korban kekerasan seksual dalam bentuk serangan seksual yang beragam saat terjadi tragedi Mei 1998 di Jakarta, serta kota-kota besar lainnya di Indonesia," tutur Chuza saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Kompas TV Keluarga Korban Mengenang Tragedi Mei 1998
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com