JAKARTA, KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi pada 14 Mei 1998 tidak hanya mengenai peristiwa penjarahan yang menyebabkan jatuhnya ratusan korban tewas. Hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) 1998 menyebutkan, saat itu banyak terjadi kasus pelecehan dan kekerasan seksual dialami oleh kaum wanita, khususnya etnis tionghoa.
Menanggapi persoalan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengakui sulitnya mengungkap kasus tersebut. Menurut dia, banyak korban kekerasan seksual pada peristiwa Mei 1998 memilih menghindar bila kasusnya diangkat ke publik.
"Kalo kekerasan seksual itu susah. Siapa yang jadi (korban) kekerasan seksual, Siapa? Susah. Biasanya mereka tidak mau mengaku. Barangkali mereka sudah keluar dari Indonesia," kata Djarot, usai menghadiri peringatan tragedi Mei 1998 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Sabtu (14/5/2016).
Saat ini, kata Djarot, langkah terbaik yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki taraf hidup bagi keluarga korban.
"Kehilangan putra-putri mereka yang jadi korban. Jangan sampai orangtuanya juga kehilangan untuk mendapat kehidupan lebih baik," ujar Djarot. (Baca: Pemerintah Dituntut Selidiki Pemerkosaan Massal Mei 1998)
Menanggung biaya makam
Ia pun meminta agar Komnas HAM dan Komnas Perempuan mengumpulkan data-data keluarga korban. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjanji akan menindaklanjuti laporan itu.
"Seluruh makam anggota keluarga yang menjadi korban itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan tanggung jawab kami. Termasuk juga batu nisan, perawatan (makam) seterusnya, dan pajak," kata Djarot.
Tidak hanya itu, ia pun meminta adanya pendataan tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi para keluarga korban. Sehingga pemprov DKI Jakarta bisa memetakan persoalan dan membantu kehidupan mereka.
Seiring upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, Djarot juga meminta Komnas Perempuan tetap menjalankan tugasnya dalam menguak fakta-fakta pada tragedi Mei 1998.
Sebelumnya, Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Yuniyanti Chuza, sempat menyinggung soal temuan TGPF. (Baca: Wakil Gubernur DKI Janji Beri Bantuan kepada Korban Mei 1998)
"Laporan TGPF menyebut adanya perempuan korban kekerasan seksual dalam bentuk serangan seksual yang beragam saat terjadi tragedi Mei 1998 di Jakarta, serta kota-kota besar lainnya di Indonesia," tutur Chuza saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.