Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak Lapas Wanita Tangerang Tidak Tahu Mengapa Merry Utami Dipindah ke Nusakambangan

Kompas.com - 25/07/2016, 10:11 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Klas IIA Tangerang Cipriana Murbihastuti mengaku tidak tahu apa alasan terpidana mati Merry Utami dipindah dari tempatnya ke Lapas Besi, Pulau Nusakambangan.

Sebelumnya, Koordinator Lapas se-Nusakambangan dan Cilacap, Abdul Aris, mengatakan hanya menerima Merry dan tidak tahu mengapa dia dipindahkan.

"Untuk masalah MU (Merry Utami) kamipun hanya menjalankan perintah dari pimpinan untuk memindahkan yang bersangkutan ke Nusakambangan," kata Murbihastuti atau yang biasa dipanggil Tuti kepada Kompas.com, Senin (25/7/2016).

Menurut Tuti, Merry telah menjalani masa hukumannya hampir 15 tahun. Merry dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Tangerang karena kedapatan membawa 1,1 kilogram heroin di Bandara Soekarno-Hatta.

Vonis hukuman mati untuk Merry dijatuhi pada tahun 2003 silam. Adapun selama berada di dalam lapas, Merry dinilai telah berkelakuan baik.

Bahkan, dalam beberapa hal, Merry dianggap telah menjadi panutan bagi narapidana lainnya di dalam Lapas Wanita Klas IIA Tangerang.

"Yang bersangkutan berkelakuan baik, aktif mengikuti pembinaan rohani, sehari-hari bekerja di bagian penjahitan, mengajar koor untuk sesama warga binaan dan ikut kegiatan teater yang ada di dalam lapas," ujar Tuti.

"Dia juga punya kepandaian masak dan di bidang kecantikan. Yang bersangkutan termasuk salah satu panutan bagi warga binaan lainnya," ucap Tuti.

Merry telah dibawa dari Lapas Wanita Klas IIA Tangerang dan tiba di Nusakambangan pada Minggu (24/7/2016).

Merry dibawa menuju Nusakambangan menggunakan bus Transpas yang tiba di Dermaga Wijayapura, tempat penyeberangan khusus menuju Pulau Nusakambangan di Cilacap pada pukul 04.30 WIB. Merry dikawal oleh personel Brimob hingga tiba di Nusakambangan.

Kompas TV Terpidana Mati Merry Utami Tiba di Nusakambangan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com