Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Hukum Pidana Ditanya soal Status Dokter yang Periksa Jessica dan Dijadikan Ahli di Pengadilan

Kompas.com - 25/08/2016, 21:39 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa Hukum Jessica Kumala Wongso, yaitu Otto Hasibuan, menanyakan status dokter yang membantu penyidik memeriksa Jessica tetapi kemudian menjadi saksi ahli yang memberikan keterangan dalam sidang kasus kematian Wayan Mirna Salihin.  Jessica berstatus terdakwa dalam kasus kematian Mirna.

Pertanyaan itu disampaikan Otto kepada ahli hukum pidana dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Edward Omar Sharif Hiariej, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016). Awalnya, Otto menanyakan apakah seorang dokter yang membantu penyidik memeriksa terdakwa bisa membuka data hasil pemeriksaan yang bersifat rahasia.

"Jadi, waktu diminta itu dia (penyidik) tidak meminta seorang ahli, tetapi seorang dokter untuk memeriksa. Berarti terjadi hubungan antara pasien dengan dokter. Apakah menurut saudara, dokter itu wajib merahasiakan rahasia pasiennya?" tanya Otto.

Edward tidak langsung menjawab pertanyaan Otto. Dia terlebih dahulu menjelaskan bahwa dalam kualifikasi kesaksian ada profesi-profesi tertentu yang berhak menolak saat diminta untuk menjadi saksi di persidangan, diantaranya notaris, pengacara, dokter, pemuka agama, dan wartawan.

Penolakan dapat dilakukan apabila hal tersebut bukan sesuatu yang bersifat pro yustisia (demi hukum). Penolakan menjadi saksi atau hak ingkar dilakukan untuk menjamin objektivitas peradilan.

Otto kemudian bertanya, "Di situ kan posisinya sebagai dokter, dia bukan sebagai ahli. Kemudian hasilnya diberikan kepada penyidik dan rahasia. Ternyata dokter tadi ini dipanggil di persidangan sebagai ahli dan akhirnya membuka semua data-data pasiennya itu di persidangan. Apakah secara etis dan hukum dibenarkan?" tanya Otto lagi.

Edward menjawab pertanyaan Otto dengan dua hal. Pertama, ketika pemeriksaan antara dokter dan pasien itu bukan untuk kepentingan pro yustisia, maka berdasarkan etika kedokteran, dokter wajib menyimpan rahasia penyakit pasiennya.

"(Tetapi) kalau itu diminta hal yang bersifat pro yustisia maka kewajiban untuk menyimpan rahasia penyakit pasiennya itu kemudian bisa diabaikan. Kalau kemudian dia dimintakan sebagai ahli atas suatu penetapan pengadilan, dia harus membuka itu, maka itu tidak menjadi soal," tutur Edward.

Otto lalu bertanya, bagaimana jika dokter yang bersangkutan memberikan keterangan sebagai ahli bukan atas penetapan pengadilan, melainkan secara sukarela.

"Kalau bukan karena perintah pengadilan tapi sukarela menjadi ahli dan membocorkan rahasia kliennya bagaimana?" tanya Otto.

"Dia melanggar etika kedokteran tetapi tidak melanggar hukum," jawab Edward.

Pada sidang pekan lalu, tim kuasa hukum Jessica sempat mempermasalahkan status ahli psikologi klinis, Antonia Ratih Andjayani, karena Ratih pernah membantu penyidik memeriksa Jessica.

"Karena telah membantu penyidik, dia tidak bisa jadi ahli. Karena tidak independen lagi," kata Otto, Senin lalu. Ahli, kata Otto, harus independen.

Ratih disebut telah memeriksa Jessica. Otto juga mengungkapkan tak menemukan berita acara pemeriksaan (BAP) antara Jessica dengan Ratih. Menurut Otto, ia hanya menemukan BAP antara Ratih dan penyidik.

Tak hanya itu, Otto juga mempermasalahkan status psikiater forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Natalia Widiasih, lantaran pernah juga membantu penyidik untuk memeriksa Jessica.  Namun, kedua ahli tersebut tetap didengarkan keterangannya dalam persidangan pekan lalu.

Kompas TV "Ini Hal Terakhir yang Bisa Dilakukan bagi Mirna"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com