Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zulfikar Akbar
Pekerja media

Pekerja media yang menggemari isu-isu kemanusiaan dan politik, yang pernah bergelut di dunia aktivis Hak Asasi Manusia di Aceh dan kini berdomisili di Jakarta.

Pilkada DKI yang Terlalu Maskulin

Kompas.com - 30/09/2016, 21:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Terlalu maskulin. Itulah yang sangat terasa di benak kita ketika pada Jumat (23/9) lalu dipastikan adanya tiga pasang calon gubernur. Dari keenam orang dalam tiga paket itu, hanya Sylviana Murni yang mewakili kalangan perempuan.

Keberadaan Sylviana pun tak lebih dari calon wakil gubernur yang melengkapi Agus Harimurti Yudhoyono. Bagi saya, ini bikin masygul, dan mengesankan sedikitnya perempuan di kota secanggih Jakarta melahirkan calon pemimpin dari kalangan perempuan.

Tapi itu bukan kesimpulan. Sebab, mungkin saja memang banyak calon-calon lainnya dari kalangan perempuan, yang secara kebetulan belum terendus orang-orang penting di berbagai partai kuat yang ada di sini.

Alhasil Sylviana-lah yang mendapatkan ruang itu, dengan mengorbankan jabatan yang lebih dulu didapatkannya sebagai Deputi Gubernur bidang Budaya dan Pariwisata.

Pengorbanan yang dilakukannya, oleh sementara kalangan dinilai lebih mirip berjudi. Terlebih dia berpasangan dengan calon yang oleh Ikrar Nusa Bakti disebut sebagai sosok yang masih hijau, minim pengalaman, dan terlalu kecil peluang untuk dapat bertarung menghadapi dua  pasangan lainnya: Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Tapi saya pribadi tak melihat keputusan Sylviana sebagai kekeliruan. Terlihat pergerakannya sejak terpilih sebagai None Jakarta pada 1981, mengawali kiprah di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta per 1985, hingga menaiki berbagai jenjang jabatan.

Apalagi bukan kali ini saja dia bertaruh demi pertarungan di kancah politik. Ia sempat mencicipi karier sebagai anggota legislatif setelah memilih cuti dari Pegawai Negeri Sipil dan mewakili Golongan Karya di DPRD DKI Jakarta.

Walaupun akhirnya dia kemudian melepaskan kariernya di legislatif sejak peraturan pemerintah mewajibkan PNS untuk netral dari partai politik.

Setidaknya, ia mampu menunjukkan diri sebagai pribadi bernyali, dan berjiwa petarung. Mungkin inilah yang kemudian membawanya menjadi perempuan pertama sebagai Wali Kota Jakarta Pusat pada 2008 hingga 2010.

Meskipun setiba di titik ini, dia tak cukup menonjol, terlepas posisinya setara dengan jabatan Tri Rismaharini kini di Surabaya—yang justru mampu memikat banyak kalangan, terutama media dan partai politik.

Hal lain yang semestinya menjadi bekal terpenting untuk dia bertarung adalah fakta dirinya sebagai perempuan Betawi asli. Di sini juga, saya sempat bertanya-tanya, kenapa ia bersedia menjadi “sekadar” wakil seorang calon yang masih hijau tadi. Atau, kenapa tak ada partai yang tergerak menjadikannya sebagai “pemain utama” sebagai calon gubernur.

Toh bekal yang dimilikinya tidaklah sederhana. Sejak masih remaja telah aktif mulai dari Karang Taruna di kelurahannya, Pisangan Timur, hingga menjadi Sekretaris OSIS di SMA Negeri 12 Jakarta.

Tak terkecuali saat menjadi mahasiswa, dia telah membawa pengaruh hingga menjadi Waka Kohati di organisasi sekelas Himpunan Mahasiswa Islam.

Terpenting lagi, di organisasi-organisasi yang kental aroma Betawi pun ia tak ketinggalan, hingga menjadi mencapai posisi Sekretaris Umum di Persatuan Wanita Betawi. Di samping, organisasi Bamus Betawi pun tak lepas dari kiprahnya.

Ringkasnya, dia terbilang sangat pantas berada di depan. Bukan semata-mata karena ke-Betawi-annya, karena jika merujuk persentase penduduk berdasarkan etnis, Betawi masih di posisi kedua (27,65 persen), di bawah etnis Jawa yang mencapai 35,16 persen. Tapi ia pantas karena kualifikasinya terbilang meyakinkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com