JAKARTA, KOMPAS.com - Polri mewaspadai adanya kelompok radikal yang menyusup dalam aksi unjuk rasa dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) pada Jumat 4 November 2016 besok.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, Polri telah mengerahkan tim dari Detasemen Khusus (Densus) 88 untuk memantau gerakan kelompok radikal tersebut.
Hal itu dilakukan untuk mencegah aksi unjuk rasa tersebut ditunggangi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Kita waspadai (aksi teror dari kelompok radikal), sudah kita lakukan evaluasi, pimpinan Polri juga sudah melakukan perintah kepada Densus 88 untuk memantau itu," ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/11/2016).
Meski begitu, Awi memastikan tidak ada personel kepolisian yang membawa senjata api berpeluru tajam saat mengawal aksi unjuk rasa tersebut. Ia pun mengatakan tidak ada sniper atau penembak jitu yang dikerahkan.
"Sementara kita seperti Pak Kapolri kemarin sampaikan. Kita sudah up date untuk cadangan-cadangan, kalau diperlukan kita dorong untuk perkuatan, kita akan tambah," ucap dia.
Awi menuturkan, pihak kepolisian terus memantau perkembangan informasi mengenai aksi unjuk rasa tersebut. Polisi pun tidak mau menyepelekan segala kemungkinan yang terjadi saat aksi demo itu.
Polisi berharap aksi tersebut tetap berlangsung aman dan damai hingga demo itu selesai.
"Kami bertujuan agar menciptakan situasi yang kondusif. Kita tidak mau underestimate tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua skenario sudah kita siapkan," kata Awi.
Menurut rencana, demonstrasi pada Jumat mendatang dimulai dari Masjid Istiqlal dan bergeser ke depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Demonstrasi itu bertujuan untuk menuntut proses hukum terhadap calon Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 2 Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap telah menistakan agama.
Aksi demonstrasi tersebut merupakan aksi lanjutan dari aksi yang pernah digelar pada 14 Oktober 2016 lalu. Pihak kepolisian bersama TNI telah menyiagakan 18.000 personel keamanan untuk mengawal demo pada Jumat mendatang itu.