Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dan Terobosan dari Perobohan Gedung Panin Bintaro

Kompas.com - 04/11/2016, 18:31 WIB

Djunaedi (37) mengaku lega setelah bagian terakhir gedung Panin Bintaro di Tangerang Selatan akhirnya roboh, Kamis (27/10), pukul 02.48. Proses perobohan yang direncanakan kurang dari sembilan jam akhirnya memakan waktu dua pekan.

"Selama belum roboh, kami waswas. Takut kalau tiba-tiba roboh. Tetapi, seminggu terakhir ini, satu-satu (bangunan) roboh dan tidak begitu terasa, lebih tenang rasanya," ungkap warga Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, yang tinggal di belakang gedung Panin Bintaro.

Jarak antara rumahnya dan gedung sekitar 50 meter. Ia menuturkan, meskipun para ahli mengatakan runtuhan tidak akan ke mana-mana, ia mengaku sempat khawatir reruntuhan akan menimpa rumah yang juga tempatnya berdagang.

Bagian slab gedung Panin Bintaro yang terdiri atas 18 lantai sebelumnya diperkirakan roboh pada 14-15 Oktober dengan metode pembebanan (overload). Saat itu, crane mulai mengangkat beban pasir basah seberat 800 kilogram-1 ton ke atas gedung. Prediksinya, gedung roboh saat beban 150 ton.

Namun, perhitungan meleset. Atap gedung lebih kuat dari dugaan. Zona kesatu gedung akhirnya roboh setelah beban mencapai 312,8 ton pada 19 Oktober dini hari. Zona kedua diberi perlakuan serupa hingga roboh pukul 23.30 di hari yang sama.

Untuk merobohkan zona ketiga, pelaksana sempat berhenti beberapa hari untuk melakukan persiapan, mengingat zona ketiga merupakan wilayah yang paling mendekati permukiman warga di Jalan Tegal Rotan Raya. Pembebanan dilakukan sejak 25 Oktober malam, hingga akhirnya gedung roboh pada 27 Oktober pukul 02.48. Ketika itu, beban mencapai 196,2 ton.

Direktur Utama PT Wahana Infonusa Yoyok Harisucahyo sejak awal meyakini teknik yang mereka gunakan akan berhasil.

"Hanya perkiraan waktu saja yang meleset. Tetapi, kini terbukti, gedung bisa roboh dengan dampak debu dan getaran yang minim," katanya.

Dengan demikian, saat ini bangunan gedung Panin tersisa bagian inti (core). Teknik pembongkarannya, kata Yoyok, masih akan dibahas dengan Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Tangsel untuk memilih yang terbaik dan paling aman.

Anggota TABG Tangsel yang juga Guru Besar Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Adang Surahman mengatakan, bagian inti masih sangat kuat, berbeda dengan bagian slab yang strukturnya tidak stabil karena banyak bagian yang sudah hilang. Karena itu, pembongkaran akan menggunakan teknik "pemotongan", yaitu bangunan dibongkar per lantai. Diperkirakan butuh dua hari untuk membongkar setiap lantai.

Gedung Panin ini dibangun tahun 1994 dan terhenti pada 1998 karena krisis ekonomi. Hingga 2 Juni 2016, gedung itu menggemparkan warga di sekitarnya karena tiba-tiba roboh sebagian. Dari sana diketahui bahwa gedung itu telah "dipereteli" sedikit demi sedikit sejak April 2016.

Tak ada dokumen

Ketiadaan dokumen as built drawing gedung tersebut sempat membuat pelaksana kesulitan memperkirakan seberapa kekuatan gedung. Hal itu menjadi pelajaran ke depan agar pemilik gedung tetap menyimpan dokumen lengkap gedungnya.

Perobohan dengan teknik apa pun membutuhkan dokumen as built drawing untuk melihat secara detail kondisi gedung. Dokumen itu amat dibutuhkan jika pemilik gedung menggunakan teknik peledakan untuk merobohkan gedung.

Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyatakan, belum ada prosedur baku perobohan gedung di Indonesia. Teknik pembebanan bahkan tidak tercantum dalam nomenklatur perobohan gedung internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com