Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Turunkan Spanduk "Tangkap Ahok" yang Dipasang atas Persetujuan Lulung

Kompas.com - 15/11/2016, 06:31 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Spanduk bernada provokatif untuk menangkap Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama terpasang di Jalan Fachrudin, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Diketahui, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana memiliki posko di Jalan Fachrudin.

Lulung pun menceritakan keterlibatannya dalam pemasangan spanduk itu. Lulung mengatakan, spanduk itu dipasang oleh Kerukunan Anak Tanah Abang (Kuat). Sebelum memasang spanduk itu, warga meminta persetujuan dahulu dari Lulung.

"Spanduk tangkap Ahok itu ekspresi anak-anak Tanah Abang, dipasang di dekat tempat saya. Terus saya bolehin, saya bilang sampai tanggal 25 November ya," ujar Lulung ketika dihubungi, Senin (14/11/2016).

Meski bukan pihak yang membuat dan memasang langsung spanduk itu, Lulung mengaku tidak keberatan jika disebut sebagai pemasang spanduk. Menurut dia, tidak ada tindakan makar dalam pesan di spanduk itu. Lulung pun melihat sudah ada yang resah sebelum 25 November.

Dia merujuk kepada Pemerintah Provinsi DKI yang dia sebut resah dan ingin spanduk itu dicabut.

Pemprov DKI tidak bisa asal cabut

Biasanya, spanduk yang terpasang di jalan akan langsung dicopot oleh Satpol PP. Namun, spanduk "Tangkap Ahok" agak berbeda. Pemprov DKI memilih untuk melakukan dialog terlebih dahulu sebelum mencopot.

"Kalau langsung dicopot, ada salah paham. Pendidikan politik tetap harus ada," ujar Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, atau yang biasa disebut Soni.

"Rakyat harus tahu mana boleh dan mana yang enggak boleh. Satpol PP harus membina masyarakat," kata dia. (Baca: Lulung Sebut Pemasangan Spanduk "Tangkap Ahok" atas Persetujuannya)

Soni mengatakan, Satpol PP sudah mendatangi tempat terpasangnya spanduk itu. Satpol PP juga sudah berdialog dengan warga setempat. Namun, pihak Satpol PP masih belum berani memutuskan untuk langsung mencopot karena belum ada persetujuan dengan warga. Dengan kata lain, dialog pertama gagal.

Sudah dicabut

Kemudian, ternyata warga mencabut spanduk itu dengan sendirinya pada Senin (14/11/2016). Lulung menegaskan bahwa penurunan spanduk dilakukan atas perintah para ulama.

"Ulama semalam rapat sama kita, kata ulama, 'Pak Haji, itu diturunin saja, kita serahkan ke yang berwajib saja'," ujar Lulung.

"Kita nurut ulama dong, enggak ada yang bisa perintah turunin entu kecuali ulama," ucap Lulung.

Lulung mengatakan, dia tidak ingin disebut sebagai pihak yang mengupayakan penurunan spanduk itu. Dia juga tidak mau bahwa Satpol PP mengklaim menurunkan spanduk tersebut. Sebab, kata Lulung, spanduk itu akhirnya diturunkan sendiri oleh warga atas imbauan ulama.

"Jadi, Satpol PP enggak bisa klaim itu dia yang turunin ya. Kesadaran kita sendiri untuk turunin itu," ujar Lulung. (Baca: Lulung Turunkan Spanduk "Tangkap Ahok" atas Perintah Ulama)

Lulung mengatakan, spanduk yang tadinya berisi seruan menangkap Ahok sudah dicabut. Kini, tulisan di spanduk itu diganti oleh warga Tanah Abang dengan kata-kata yang lain.

"Tulisannya 'Satu semangat kami, NKRI, keragaman dan cinta damai. Kita semua bersaudara'. Ada hashtag '#Tegakkan Keadilan'," ujar Lulung.

Kompas TV Haji Lulung: Ahok Pasti Kalah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com