Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru-guru dan Bekas Musuh yang Membekas di Hati Ahok

Kompas.com - 16/01/2017, 07:22 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengatakan, saat ini banyak pendukungnya merasa takut. Soalnya, mereka diserang karena membela seorang calon gubernur yang berbeda agama dari mereka.

"Saya mengerti sekali penderitaan Bapak dan Ibu, gara-gara mau pilih Ahok. Wah, semua nyerang Bapak Ibu kenapa gubernur musuh Islam didukung?" kata Ahok ketika menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jalan Taman Patra X, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2017).

Saat itu, Ahok mencoba menguatkan para relawannya dengan membahas sebuah buku berjudul A Man Called Ahok. Buku tersebut merupakan kumpulan tweet seorang pendukung Ahok di Twitter, dengan nama akun @kurawa, tentang kisah Ahok di Belitung.

(Baca: Cerita Ahok tentang Kebaikan Ustaz Muhammad)

Buku tersebut memuat banyak testimoni mengenai Ahok dari para guru, sahabat, hingga bekas musuh Ahok. Ahok menceritakan kembali beberapa kisah itu kepada para relawan.

Ahok memiliki guru bernama Bondet. Dulu, gurunya tersebut sering diberi beras oleh ayahnya. Suatu ketika, adik perempuan Ahok, Fifi, dan temannya satu kelas berselisih dengan kelas lain.

Ibu Guru Bondet menghukum mereka sekelas, termasuk Fifi, dengan hukuman tidak naik kelas.

Ahok mengatakan, Bondet menerapkan prinsip siapa pun harus dihukum. Meskipun itu adalah anak orang kaya yang memberinya beras tiap bulan.

"Akhirnya adik saya enggak naik kelas. Tapi sejak itu dia kapok, ke Jakarta dari SMP. Dia diterima di UI lalu ke Melbourne. Coba waktu itu enggak ada Ibu Bondet yang berani memutuskan enggak naik kelas sekelas, saya rasa adik saya enggak bisa jadi pengacara," kata Ahok.

Ahok juga menceritakan guru agamanya yang sempat menjadi staf di Sekretariat DPRD di Belitung Timur. Ahok mengatakan, ketika itu dia sudah menjadi anggota DPRD di Belitung.

Sebelum rapat paripurna, dia melihat guru agamanya sedang menyusun kursi dan meja. Ahok mengaku langsung membantu gurunya itu menyusun kursi dan meja.

"Saya merasa enggak enak, masa saya duduk jadi Dewan, guru saya angkat kursi dan meja. Akhirnya saya bantu menyusun itu. Makanya guru ini bela saya habis-habisan," kata Ahok.

Ahok kemudian menceritakan orang yang dulu membencinya tetapi kini menjadi pendukungnya. Saat pemilihan bupati di Belitung Rimur, ada seorang bernama Kani yang mengajak warga untuk tidak memilih Ahok karena Ahok non-muslim.

Ahok mengatakan, Kani dulu sangat membencinya. Namun, Ahok tetap terpilih menjadi bupati di Belitung Timur. Suatu ketika, Ahok mengetahui ada pembangunan masjid yang mangkrak di lingkungan rumah Kani.

Kepada Ahok, Kani menyampaikan bahwa pembangunannya berhenti karena sudah tidak ada uang lagi.

"Kurang Rp 30 juta sudah enggak ada duit lagi. Ya sudah saya bantu beresin. Dua hari langsung turun dan kami kasih. Akhirnya tahu enggak, ke mana-mana (Kani) bilang mending dukung Ahok," kata Ahok.

Ahok mengatakan, masih banyak kisah yang ditulis dalam buku tersebut. Ahok senang buku itu tidak terlalu tebal sehingga orang tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.

Dia berharap para pendukungnya membaca buku itu dan menyebarkannya.

"Saya ingin sekali cerita ini disebar supaya orang kenal siapa Ahok," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com