JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan pemberian uang kerohiman kepada warga yang terdampak penertiban adalah hal mudah. Menurut dia, memindahkan warga ke rumah susun justru mengeluarkan biaya yang lebih besar.
"Kalau aku mau pendek nih mikirnya, mau senang aja nih. Semua rumah yang dibongkar kasih Rp 10 juta aja, senang kan. Habis itu enggak jelas tinggal di mana," ujar Basuki atau Ahok, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Senin (16/1/2017).
Ahok menuturkan, satu unit rusun tipe 36 meter persegi yang ditempati warga anggarannya sekitar Rp 250 juta hingga Rp 300 juta.
Pemprov DKI telah memberikan subsidi perawatan rusun hingga 80 persen sehingga warga yang menempati hanya membayar sekitar Rp 10.000 per hari. Selain itu, Pemprov DKI juga memberikan layanan gratis kesehatan dan bus Transjakarta untuk warga rusun.
"Jadi lebih murah mana? Kasih kerohiman. Kami kasih Rp 10 juta atau Rp 20 juta saja sekeluarga. Kamu mau mati di mana terserah kamulah. Toh dia juga demen dapat Rp 20 juta. Tapi kan ini manusia bukan barang lho, ini manusia bukan burung," ujar Ahok.
(Baca: Mengapa Banyak Warga Kampung Akuarium Enggan Pindah ke Rusun?)
Menurut Ahok, merelokasi ke rusun jauh lebih mendidik dan manusiawi.
"Ini jauh lebih mendidik. Kita nih kaya orangtua. Jangan hanya karena mau jadi gubernur malah merusak mental rakyat jadi peminta-minta," ujar Ahok.