JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengaku sempat marah saat mengetahui hanya ada 31 loket di Terminal Terpadu Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur.
Sebab, ia menilai jumlah tersebut tak sesuai dengan jumlah perusahaan otobus yang beroperasi di terminal tersebut.
"Waktu itu saya sempat marah juga ke insinyurnya. Sudah tahu punya lebih dari 100. Kenapa loketnya hanya ada 31?" kata Andri saat menghadiri acara diskusi bertema "Kesiapan dan Transmisi Terminal Pulogebang", di Hotel Borobudur, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2017).
Belakangan Andri mengaku baru mengetahui penyebab sedikitnya loket yang disediakan di terminal tersebut. Andri menyebut sedikitnya loket disebabkan karena pihak yang merancang terminal sudah memperhitungkan konsep penerapan tiket elektronik.
"Jadi ternyata usut punya usut karena ke depannya semua sudah e-ticketing. Beli tiketnya enggak perlu lagi di terminal," ujar Andri. (Baca: Kadishub DKI Akui Terminal Pulogebang Dibangun Tanpa Kajian Matang)
Menurut Andri, pemasangan loket dengan jumlah yang sedikit rencananya juga akan dilakukan dalam perencanaann pembangunan Terminal di Rawa Buaya, Jakarta Barat maupun revitalisasi Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
"Jadi nanti terminal AKAP yang ada di Jalarta hanya ada tiga, di Pulogebang, Kampung Rambutan dan Rawa Buaya. Yang di Rawa Buaya kalau nanti sudah jadi, yang di Kalideres harus pindah ke situ," ucap Andri. (Baca: Ahok Ingin Ada Bioskop di Terminal Pulogebang, Perwakilan Otobus Minta Panti Pijat)