Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmaningtyas
Pengamat transportasi

Aktivis di INSTRAN (LSM Transportasi) yang turut mengawal pembangunan bus way di Jakarta sejak permulaan.

Membenahi Manajemen Transjakarta

Kompas.com - 21/03/2017, 09:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

 

Saya cukup kaget ketika akhir Februari lalu akan mengisi ulang tiket sebesar Rp 20.000 tetapi petugas memberikan penjelasan: jika saya membayar uang Rp 20.000 maka saldo tiket saya hanya terisi Rp 18.000 saja karena dipotong Rp 2.000 untuk biaya administrasi. Jika saya menghendaki isi saldo tiket saya Rp 20.000 maka saya harus membaayar Rp 22.000.

Usai top-up, saya baca pengumuman yang ada di halte transjakarta. Ada dua substansi yang disampaikan di pengumuman tersebut, bunyinya:

1). Setiap transaksi Top-Up Tunai di halte Trannsjakarta dikenakan biaya lananan sebesar Rp 2000 (dipotong dari jumlah uang yang disetorkan).

2). Halte Transjakata tidak melayani To-up dan pembelian kartu perdana pada jam 22.00 -05.00 WIB.

Tentu saja pengumuman nomor dua dapat dimaklumi karena itu waktu akhir dan awal kegiatan, meskipun masih bisa digugat mengingat pada koridor tertentu jam operasional transjakarta mencapai pukul 23.00 dan diawali pada jam 05.00.

Dengan adanya pengumuman tersebut, calon penumpang yang akan naik transjakarta pada jam 22.30 dan belum memiliki tiket tidak bisa aik bila dirinya sampai di halte lebih dari jam 22.00. Demikian pula calon penumpang yang akan naik pada jam 05.00, sementara dirinya tidak memiliki kartu tiket, harus  menunggu pemberangkatan berikutnya setelah jam 05.00. Di KCJ, loket tutup bersamaan dengan akhir operasional KRL.

Persoalan ketiga terkait dengan masalah e-ticketing system ini adalah tidak semua halte transjakarta melayani pembelian kartu perdana atau sebaliknya tidak bisa melayani isi ulang. Saya sendiri pernah mengalami kasus batal naik Transjakarta lantaran saldo di tiket (Flazz) habis, sementara di halte tempat saya akan naik tidak bisa untuk top up, saya disarankan top up lewat ATM BCA saja. Tentu saja saran ini tidak efisien dan tidak praktis karena saya harus cari ATM BCA terdekat.

Kebijakan Manajemen PT Transjakarta soal tiket ini memang kontradiktif dengan prinsip e-ticketing itu sendiri, yang harusnya untuk mempermudah, mempercepat, dan memperingan proses pembayaran suatu transaksi. Apa yang terjadi pada e-ticketing di Transjakarta justru mempersulit, memperlambat, dan memperberat (calon) penumpang.

Orang bisa batal naik transjakarta lantaran tidak punya uang cukup untuk beli tiket perdana, waktu pembelian tiket sudah lewat, atau loket tidak bisa top up.

Boleh jadi, persoalan-persoalan di lapangan ini tidak diketahui oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama, sehingga Gubernur tidak memberikan komentar apa-apa.

Sebagai catatan akhir tulisan ini, untuk isu pelayanan pada konsumen, Manajemen PT Transjakarta sebaiknya mengembalikan bentuk-bentuk pelayanan yang lebih baik kepada konsumen dengan menempatkan minimum tiga petugas di setiap halte karena itu memiliki fungsi masing-masing, serta menghinndari eksploitasi petugas.

Ada baiknya PT Transjakarta belajar pada PT KCJ yang sama-sama menyelenggarakan angkutan umum dan sama-sama memperoleh subsidi, tapi pelayanan PT KCJ semakin bagus.

PT Transjakarta justru mundur, padahal subsidi yang diterima PT Transjakarta dari Pemprov DKI dua kali lipat daripada subsidi yang diterima oleh  PT KCJ dari Pemerintah.

Dengan jumlah penumpang yang diangkut per hari, PT KCJ mampu mengangkut rata-rata 800.000 orang per hari, sedangkan PT Transjakarta hanya mampu mengangkut rata-rata 350.000 orang per hari.

Kompas TV Halte Transjakarta Koridor XIII Dianggap Tak Ramah Pengguna
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com