Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmaningtyas
Pengamat transportasi

Aktivis di INSTRAN (LSM Transportasi) yang turut mengawal pembangunan bus way di Jakarta sejak permulaan.

Membenahi Manajemen Transjakarta

Kompas.com - 21/03/2017, 09:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri


Merugikan penumpang

Sistem tiket (ticketing system) yang diterapkan oleh PT Transjakarta dengan e-ticketing secara serentak (sebelumnya ada yang manual dan ada yang e-ticketing), bertujuan baik, seperti dalam sistem e-ticketing lainnya yang bertujuan untuk mempermudah, efisien, dan lebih praktis. Namun yang terjadi pada PT Transjakarta justru merepotkan dan merugikan penumpang.

Pertama, hanya ada satu jenis layanan tiket dengan harga kartu perdana Rp 40.000. Ini harga yang cukup mahal bagi pekerja dengan gaji di bawah UMP atau bagi penumpang yang datang ke Jakarta sekali saja dan akan merasakan naik transjakarta.

Sampai hari ini, masih sering saya temui calon penumpang yang batal naik transjakarta lantaran harus membeli kartu seharga Rp 40.000. Boleh jadi tidak adanya lonjakan jumlah penumpang transjakarta selama tiga tahun terakhir disebabkan oleh sistem tiketnya yang memberatkan penumpang.

Penulis sendiri pernah mengalami kasus batal naik Transjakarta lantaran lupa membawa kartu tiket, sementara sayang jika harus membeli kartu tiket baru dengan harga Rp 40.000.

Pada saat awal penerapan e-ticketing serentak, penulis telah memberikan masukan agar belajar pada PT KCJ yang telah berhasil lebih dulu menerapkan e-ticketing system secara serentak tanpa harus memberatkan penumpang karena kebutuhan penumpang terwadahi semua.

Bagi penumpang yang melakukan perjalanan secara rutin, umumnya memilih membeli tiket berlangganan sehingga mereka tidak perlu repot beli tiket setiap kali akan melakukan perjalanan. Tetapi bagi mereka yang memerlukan tiket hanya untuk sekali perjalanan, juga tersedia dengan harga terjangkau. 

Jaminan untuk kartu KRL sebesar Rp 11.000 masih terjangkau, apalagi dapat diambil kembali pada akhir perjalanan. Tidak heran, setelah melaksanakan e-ticketing, jumlah penumpang KRL Jabodetabek sekarang telah meningkat dua kali lipat dibandingkan awal tahun 2013, sebelum menerapkan e-ticketing.

Bandingkan dengan jumlah penumpang transjakarta yang mengalami penurunan pada 2014-2015, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Kedua, beban kerugian yang harus dipikul oleh konsumen Transjakarta itu bukan hanya pada saat membeli kartu tiket perdana saja, tapi juga pada saat isi ulang. PT KCJ sama sekali tidak memberikan beban administrasi kepada pemilik kartu langganan pada saat mengisi ulang (top up).

Manajemen PT Transjakarta selaku pengelola transjakarta memberikan beban Rp 2.000 kepada pemilik penumpang yang akan melakukan isi ulang tiket.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com