JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, berkampanye di wilayah RW 05, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Selasa (4/4/2017).
Pada kesempatan itu, seorang ibu curhat tetang anggapan yang berkembang bahwa memilih pasangan nomor pemilihan dua akan dianggap murtad dan kafir.
Ibu yang mengaku bernama Sulistyowati itu meminta penjelasan dari Djarot tentang hal tersebut sambil menyebut bahwa ini adalah negara Pancasila.
"Pak, kalau milih nomor dua dianggap murtad atau kafir?" kata ibu itu.
(Baca juga: Djarot: Program Rumah Rp 350 Juta Baik tapi Bisa Dilaksanakan Tidak?)
Djarot kemudian bertanya kepada ibu tersebut sekaligus warga lain yang hadir di posko itu mengenai siapa yang berhak memurtadkan dan mengkafirkan seseorang, yakni Tuhan atau manusia.
Warga lalu menjawab kompak bahwa yang berhak adalah Tuhan. Djarot menyampaikan, hendaknya masalah agama tidak dicampur aduk dengan politik.
Djarot berpendapat, isu agama yang dicampur masalah politik pilkada hanya terjadi di Jakarta.
Sementara itu, di daerah lain, seperti di Kalimantan, Papua, dan Sumatera, lanjut Djarot, tidak terjadi hal demikian.
Menurut Djarot, warga berkeyakinan, siapa pun berhak memilih pemimpin pemerintahan, baik yang berkeyakinan sama atau pun berbeda.
"Ini negara Pancasila. Semua orang punya hak untuk memilih dan dipilih," kata Djarot, di lokasi kampanye, Selasa (4/4/2017).
Djarot berpesan kepada Sulistyowati untuk tidak takut dalam memilih. Ia juga berpesan untuk memaafkan pihak yang suka mengkafirkan orang lainnya.
"Istigfar saja, maafin mereka yang terlampau bernafsu, emosi, maafin saja, doain yang baik, jangan dibenci ya," kata Djarot.
(Baca juga: Kampanye di Penggilingan, Djarot Minta Didoakan Warga)
Ia juga mengingatkan bahwa Islam itu adalah agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi alam semesta.
"Islam itu merangkul, bukan memukul. Mengajak bukan mengejek. Dan Islam itu rahmatan lil 'alamin," ujar Djarot.