JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Hermawan (28), pelaku penodongan terhadap Risma Oktaviani (25) dan anaknya di angkot KWK T25 pada Minggu (9/4/2017) malam, mengaku nekat beraksi karena motif ekonomi.
"Kan dia keluar dari LP, butuh makan dan sebagainya, ini yang menjadi motif," kata Andry ketika dihubungi, Senin (10/4/2017).
Hermawan adalah residivis kasus pencurian kendaraan bermotor. Dia baru keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Bulak Kapal.
Andry mengatakan kasus Hermawan seharusnya bisa jadi pembelajaran agar pembinaan narapidana dilakukan lebih baik lagi.
"Kalau yang motifnya sudah ekonomi, kelaparan, ya harus kami pikirkan," kata Andry.
(baca: Polisi Pastikan Penodong Wanita dan Balita di Angkot Tidak Tewas)
Hermawan menodong Risma Oktaviani (25) yang tengah membawa anaknya DI (1) di dalam angkot jurusan Rawamangun-Pulogadung Minggu (9/4/2017), sekitar pukul 19.00 WIB.
Kejadian itu bermula saat Hermawan naik angkot di depan Kantor Perumnas III. Saat di dalam angkot, Hermawan tiba-tiba menodongkan senjata tajam kepada penumpang dan meminta ponsel, kalung, serta gelang diberikan kepadanya.
Hermawan menodongksn senjata tajam ke leher Risma yang menggendong anaknya. Ia minta diberi jalan agar bisa kabur.
Pada saat bersamaan, anggota Satlantas Jakarta Timur, Aiptu Sunaryanto melintas untuk berangkat dinas. Sunaryanto sempat bernegosiasi selama 30 menit dengan Hermawan.
Saat melihat Hermawan lengah, Sunaryanto pun menembak lengan kanan Hermawan untuk melumpuhkannya dan kemudian diringkus.
(baca: Polantas yang Gagalkan Penodongan di Angkot Akan Diberi Penghargaan)