Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmaningtyas
Pengamat transportasi

Aktivis di INSTRAN (LSM Transportasi) yang turut mengawal pembangunan bus way di Jakarta sejak permulaan.

Terminal Pulogebang dan Senjakala Bus AKAP

Kompas.com - 12/04/2017, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho


Kaji ulang Pulogebang

Pentingnya meninjau kembali kebijakan pemaksaan pemberangkatan bus AKAP dari Terminal Pulogebang dan melarang pool maupun terminal-terminal di sudut kota sebagai keberangkatan dan kedatangan bus AKAP itu tidak hanya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada penumpang, tetapi juga menyelamatkan industri transportasi itu sendiri.

Para operator bus itu adalah para entrepreneurship yang berinvestasi cukup besar untuk pengadaan sarana, buka trayek baru, hingga operator.

Mereka tidak pernah mendapatkan subsidi dari pemerintah, meskipun mereka itu menjalankan peran yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Oleh karena itulah, sebaiknya pemerintah berterima kasih kepada mereka dengan membuat kebijakan yang kondusif, bukan justru menghancurkan. Siapa yang akan naik bus mereka kalau harus berangkat dari Terminal Pulogebang?

Yang perlu dilakukan pemerintah dan Pemprov DKI Jakarta sekarang bukan memaksa para calon penumpang bus AKAP untuk naik dan turun di Terminal Pulogebang.

Yang perlu ditempuh adalah meninjau kembali fungsi Terminal Pulogebang, apakah layak atau tidak dilihat dari sisi letak yang di ujung timur Jakarta, sementara untuk menuju ke sana tidak mudah dan tidak murah bagi pengguna angkutan bus yang umumnya kelas ekonomi menengah ke bawah.

Usulan yang saya sampaikan ke Pemprov DKI Jakarta melalui Biro Perekonomian Juli 2016 adalah menjadikan Terminal Pulogebang itu sebagai sentra bangkitan ekonomi di Jakarta Timur. Hal ini sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030 dengan bentuk alih fungsi menjadi tempat relokasi Pasar Tanah Abang yang sudah terlalu crowded.

Usulan ini cukup realistis mengingat lahan Terminal Pulogebang dan sekitarnya masih luas (12 hektar) dan aksesnya dekat jalan tol serta Stasiun KRL Cakung.

Memindahkan Pasar Tanah Abang ke Pulogebang dapat mengurai keruwetan di Tanah Abang dan sekitarnya, sekaligus optimalisasi bangunan komersial di komples Terminal Pulogebang.

Bangunan komersial (ruko-ruko) di Terminal Pulogebang itu tidak akan berfungsi bila Pulogebang tetap sebagai terminal bus AKAP. Mengapa? Penumpang bus itu kelas menengah ke bawah yang tidak punya uang lebih. Jangankan belanja oleh-oleh di terminal, makanan dan minuman pun mereka bawa dari rumah.

Perlu diyakinkan bahwa jajaran Kementerian Perhubungan tidak perlu malu meralat kebijakan yang ternyata tidak realistis ini dengan memaksa penumpang bus AKAP berangkat/turun di Terminal Pulogebang, mengingat perencanaan terminal tersebut bukan mereka.

Bahkan, seandainya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pernah terlibat dalam penyelesaian pembangunan Terminal Pulogebang pun, itu kapasitasnya melanjutkan dari pendahulu, bukan penggagas, sehingga kadar bersalahnya rendah.

Menhub tidak perlu ragu meninjau keputusan yang ternyata tidak menguntungkan semua pihak, baik itu operator AKAP, penumpang, maupun manajemen terminal.

Jika dilanjutkan, percaya tidak, dana APBN akan terkuras banyak hanya untuk menyubsidi operasional Terminal Pulogebang lantaran pemasukan dari retribusi dan parkir tidak akan mampu menutupi, sedangkan komersialisasi ruko-ruko tidak akan berhasil karena minimnya pengunjung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com