Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelas Menengah ke Bawah Paling Rentan Pangan Kedaluwarsa

Kompas.com - 12/06/2017, 18:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat kelas menengah ke bawah paling rentan terpapar pangan kedaluwarsa. Itu lantaran pelaku kemungkinan besar mendistribusikan pangan kedaluwarsa ke sarana penjualan yang biasa didatangi golongan masyarakat tersebut.

"Pelaku kemungkinan kecil menjual ke tempat-tempat yang administrasi dan manajemennya tertib, seperti ritel modern. Mudah ketahuan," kata Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DKI Jakarta Dewi Prawitasari saat dihubungi, Minggu (11/6/2017). Dengan momentum Ramadhan dan Lebaran ini, konsumen perlu berhati-hati saat berbelanja makanan di pasar tumpah dan pasar kaget.

Masyarakat yang bakal mudik ke kampung halaman dengan kendaraan pribadi, misalnya, kemungkinan bakal tertarik membeli pangan yang dijual di pinggir jalan daripada ke ritel resmi. Di sisi lain, masyarakat di daerah terpencil jadi sasaran empuk penjual pangan kedaluwarsa karena cenderung kurang teredukasi soal keamanan pangan. Apalagi, pelaku pemalsuan tanggal kedaluwarsa pada kemasan pangan yang baru-baru ini diungkap BBPOM DKI mengakui produknya dijual ke luar Jakarta.

Seperti diberitakan, BBPOM DKI, Kamis lalu, mendapati sebuah rumah di Kompleks Sunter Metro, Jalan Metro Ria II Blok H Nomor 46, RT 008 RW 004, Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dijadikan gudang penyimpanan makanan kedaluwarsa yang diduga bakal dijual lagi setelah tanggal kedaluwarsa asli diganti. Modusnya, menghapus tanggal kedaluwarsa dengan lap dan pengencer cat (thinner) lalu mengecap tanggal palsu; melepas stiker asli wadah dan menggantinya dengan stiker palsu yang tanggal kedaluwarsanya juga palsu; serta mengoplos pangan kedaluwarsa dengan pangan belum kedaluwarsa.

Dewi menuturkan, setelah ditelusuri lagi di rumah tersebut, terdapat produk sirup dan biskuit yang tanggal kedaluwarsa palsunya sama, yakni Agustus 2018. Tanggal palsu tercetak pada semacam selotip. Itu kemungkinan pelaku mencetak selotip dalam jumlah dan ragam yang terbatas.

BBPOM DKI juga menemukan alat-alat yang diduga untuk memalsukan tanggal kedaluwarsa di rumah itu, antara lain lap, thinner, dan cap. Selain itu, mereka menemukan palu yang diduga untuk membuat bentuk kaleng pangan yang penyok mendekati bentuk semula sehingga tidak terdeteksi oleh konsumen.

Temuan praktik penggantian tanggal kedaluwarsa pangan itu kasus pertama bagi BBPOM DKI. "Biasanya kami cuma menemukan makanan yang tanggal kedaluwarsanya diganti, sedangkan pelaku tidak ditemukan. Nah, sekarang ini ketemu," ujar Dewi.

Pelaku, perempuan berinisial A, tidak ditahan mengingat ancaman hukumannya kurang dari lima tahun. Petugas BBPOM DKI terkendala saat kembali ke rumah gudang di Sunter Metro, Jumat (9/6). Ada yang menggembok pagar rumah sehingga polisi yang menyertai BBPOM harus membongkarnya untuk kepentingan penyidikan.

Lintas dinas

Terkait keamanan pangan sebelum dan selama Ramadhan, hasil pengawasan di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Jumat (2/6), menunjukkan ada sampel kue apam mengandung pewarna sintetis rhodamin B dan kerupuk mengandung boraks. Di Jakarta Selatan, Selasa (30/5), masih ada sampel tahu kuning mengandung methanil yellow serta rhodamin B di mutiara sagu dan kerupuk.

Menurut Dewi, bahan-bahan yang berbahaya untuk dikonsumsi itu masih mudah dibeli sehingga sulit menihilkan peredaran pangan tidak aman. Di sisi lain, bahan-bahan itu terkait industri dan perdagangan. Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan mesti ikut mencari solusi, bukan hanya BPOM dan BPPOM.

Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta termasuk yang rutin mengawasi pangan, yakni produk pertanian, peternakan, dan perikanan. Lokasinya di pasar, swalayan, sentra pemasaran (pasar induk), dan sentra perikanan. "Untuk Ramadhan ini, pengawasan ditambah ke toko atau swalayan buah-buahan, yakni terhadap buah untuk bingkisan," ucap Kepala Bidang Ketahanan Pangan DKPKP DKI Mujiati.

Pengawasan DKPKP terkait Ramadhan dan Lebaran sudah dilakukan sejak Maret lalu. Mujiati mengatakan, selama rentang waktu itu, dari total 4.000-an sampel, DKPKP mendapati 30-an sampel pangan tidak aman, seperti positif berformalin serta adanya produk pertanian dengan residu pestisida, biasanya tomat dan cabai. Selama bulan Ramadhan, mereka menemukan sampel ikan teri asin yang positif berformalin di Pasar Metro Atom, Jakarta Pusat, Rabu (7/6), serta sampel ikan tuna yang diduga berformalin di Pasar Lokasi Binaan Makasar, Jakarta Timur, Jumat (9/6). (JOG/PIN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juni 2017, di halaman 26 dengan judul "Kelas Menengah ke Bawah Paling Rentan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com