Salin Artikel

Penyesalan NW, Ibu yang Tega Bunuh Anaknya karena Sering "Ngompol"

Sejumlah polisi tampak hilir mudik di sekitar lokasi tersebut. Tak sedikit pengguna jalan yang melintas memperlambat laju kendaraannya untuk mencari tahu penyebab keramaian ini.

Sekitar pukul 11.00, sejumlah mobil polisi tiba di lokasi tersebut. Di salah satu mobil, sejumlah petugas berkerumun. Di dalam mobil tersebut, polisi membawa NW (25), wanita yang tega membunuh anak kandungnya pada Sabtu (11/11/2017).

Saat itu, NW tak kunjung keluar dari mobil polisi meski telah dibujuk sejumlah polwan. Ternyata, alasannya malu.

NW tak siap berhadapan dengan puluhan warga dan awak media yang telah menunggunya untuk menjalani proses rekonstruksi.

Mau tak mau, NW pun keluar dari mobil. Dengan baju lengan panjang berwarna merah kecoklatan dan penutup kepala berwarna hitam, NW terus menunduk dan tak membiarkan wajahnya tersorot kamera.

Menembus kerumunan warga, NW mendapat sorakan keras dari warga. NW tetap menunduk sambil membenamkan wajahnya di lengan polwan yang mengiringinya.

Hari itu, reka ulang adegan pembunuhan atau rekonstruksi dilakukan. Tepatnya di sebuah kamar di lantai dua indekos, tempat NW dan putranya, GW (5), selama ini tinggal.

Awak media tak diizinkan menyaksikan secara langsung 37 adegan yang diperagakan dalam rekonstruksi tersebut.

Setelah satu jam, rekonstruksi usai. Polisi memastikan sejumlah adegan yang diperagakan sesuai dengan keterangan pelaku dan para saksi. Hasil rekonstruksi pun akan digunakan untuk melengkapi berkas penyidikan yang akan diserahkan ke pihak Kejaksaan.

Kondisi kejiwaan NW

Publik dibuat heran dengan alasan NW membunuh putra kandungnya. NW mengatakan nekat membunuh karena kesal putranya sering mengompol.

Publik bertanya-tanya, jangan-jangan NW tak waras.

Polisi memastikan NW dalam keadaan waras. Hal ini diungkapkan polisi setelah menerima hasil observasi kejiwaan NW.

"Tes kejiwaan yang telah dilakukan hasilnya tersangka dalam keadaan sehat secara kejiwaan," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat AKBP Edy Suranta Sitepu.

Hal ini menyebabkannya terancam dijerat Pasal 80 Ayat 3 dan Pasal 76 c Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Meski dinyatakan waras, tampaknya NW tengah mengalami permasalahan hidup yang berat.

Kepala sekolah GW, Mery, menyebut NW kini tak lagi bekerja. Hal itu diungkapkan kakak NW yang semula sering mengantar jemput GW ke sekolah taman kanak-kanak tersebut. Hubungan antara NW dan kakaknya pun diketahui tak seharmonis dulu.

NW diketahui hanya tinggal bersama putranya di sebuah indekos dan tak memiliki suami. Menurut warga sekitar, NW hamil di luar nikah dan ditinggalkan begitu saja.

Hal inilah yang kemudian dianggap sejumlah pihak sebagai penyebab NW nekat menyiksa anaknya sendiri berulang kali hingga mengakhiri nyawa GW dengan menyemprotkan obat serangga dan membekapnya dengan kantong plastik.

Meski demikian, alasan ini tak lantas membuat polisi menjadi maklum. "Pelaku sehat secara kejiwaan. Tidak ada hubungannya dengan masa lalu. Proses hukum tetap berlanjut," kata Edy.

NW yang sudah membunuh anak kandungnya menyesal. Penyesalan itu diungkapkan NW ketika ditemui Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Mapolres Jakarta Barat.

"Saat saya tanya, apa pesan kepada orangtua lain, dia berpesan jangan pernah lakukan kekerasan kepada anak dan lampiaskan kekesalan kepada anak karena penyesalan itu datang terakhir," ujar Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/21/08372461/penyesalan-nw-ibu-yang-tega-bunuh-anaknya-karena-sering-ngompol

Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke